Bagi masyarakat Solo, nama onde-onde tentunya sudah tak lagi asing. Selain mudah ditemukan, dan harganya terjangkau, rasa panganan yang berbahan baku wijen sangat khas. Namun siapa sangka, dibalik keunikan bentuk dan cita rasanya, ternyata bagi Sunah (60) onde-onde ketawa dapat membesarkan dan menghidupi anak-anaknya.
Ibu tiga anak itu memulai membuat onde-onde pada tahun 1989 silam. Bermula dari iseng-iseng saja, nenek tujuh cucu tersebut membuat onde-onde untuk camilan keluarga dan sebagian diberikan kepada tetangga. Alhasil banyak keluarga dan tetangga menyukai rasa onde-onde ketawa bikinannya.
Dengan modal kepercayaan rasa tersebut, Sunah mulai memberanikan diri berjualan onde-onde. Awalnya hanya membuat onde-onde dengan bahan baku dua kilo tepung terigu. Lambat laun usahanya yang beralamatkan di Joyosuran Pasar Kliwon pun mengalami peningkatan. Sekarang dengan di bantu beberapa karyawannya Sunah mampu memproduksi onde-onde lima puluh kilo tepung terigu setiap harinya. Bahkan, jelang lebaran jumlah permintaan dan pesanan meningkat tajam. Sehari bisa menghabiskan satu kwintal lebih tepung terigu. Harga per bungkus onde-onde isi 10 dibandrol Rp 4 ribu, murah bukan?