Museum Goes to Campus (MGtC) 2016 yang bertajuk “Menjaga Memori Kolektif Bangsa” merupakan kegiatan yang dimotori oleh Program Studi Ilmu Sejarah FIB. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 8 sampai 13 November 2016 di Auditorium UNS dan selama 6 hari akan dibuka gratis untuk umum mulai pukul 9.00-17.00 WIB. Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Riyadi Santosa saat memberikan laporan kegiatan di pembukaan MGtC 2016 di depan auditorium mengatakan bahwa ada sekitar 22 museum dan lembaga yang menjadi peserta. Mereka datang dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Sragen, Blitar, Sukoharjo, dan Surakarta.
Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo yang sambutannya disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Eni Tyasni Susana menuturkan bahwa museum memiliki peran penting dalam mengungkap jejak-jejak perjalanan suatu bangsa. Menurutnya, manusia yang hidup saat ini tidak akan bisa melihat sejarah perkembangan generasi pendahulu tanpa adanya tanda-tanda atau benda-benda yang ada di museum. “Kita juga harus mampu memberikan wacana kepada publik tentang pentingnya arti museum terhadap peradaban suatu bangsa,” terangnya. Pemahaman akan pentingnya museum untuk generasi sekarang dan mendatang, lanjutnya, perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah pusat, provinsi, dan daerah serta masyarakat.
Selain itu, dalam pembukaan juga hadir Direktur Permuseuman dan Pelestarian Cagar Budaya, Harry Widianto yang menyampaikan bahwa museum merupakan indikator kemajuan peradaban sebuah bangsa. Selain itu, ia juga mengutip apa yang disampaikan sejarawan berkebangsaan Inggris, Richard Ford yaitu bahwa kualitas masyarakat dapat dilihat dari kualitas museum. “Ini artinya apa? Bahwa museum itu adalah cerminan wajah kita, cerminan peradaban kita,” terangnya.