Berawal dari ayahnya, Alm. Tio Kiem Tien yang berjualan wedang dongo sejak 1955, Erkin beserta suami dan anaknya, Untung dan Handoyo kini meneruskan usaha ayahnya dengan mendirikan Wedang Dongo Pak Untung. Handoyo bercerita bahwa dulu kakeknya adalah seorang penjual wedang dongo yang sukses. Awalnya, kakek pedagang kaki lima, tapi lama-lama berkembang dan menjadikan daerah Keprabon sebagai pusat wedang dongo.
Khusus untuk wedang dongo, dahulunya merupakan minuman khusus keluarga kerajaan. Tapi kemudian, seiring berjalannya waktu, minuman ini merakyat dan dapat dinikmati masyarakat luas. Selain itu wedang dongo biasanya juga digunakan untuk upacara keagamaan. Wedang dongo ini juga jadi sajian khusus sebelum Imlek yang biasanya ada sembahyangan dongo atau ronde,
Wedang dongo sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wedang ronde. Dalam seporsi wedang dongo, dapat ditemukan racikan kacang, kolang-kaling, dan bulatan ketan berisi kacang halus yang ditumbuk seperti ronde. Namun bedanya, kuah wedang dongo berwarna lebih coklat dengan rasa jahe yang lebih kuat daripada wedang ronde. Selain menjual wedang dongo, warung Wedang Dongo Pak Untung juga menjual wedang asle, wedang sekoteng, kacang hijau, kacang putih, dan aneka makanan ringan khas Solo.
Wedang dongo sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wedang ronde. Dalam seporsi wedang dongo, dapat ditemukan racikan kacang, kolang-kaling, dan bulatan ketan berisi kacang halus yang ditumbuk seperti ronde. Namun bedanya, kuah wedang dongo berwarna lebih coklat dengan rasa jahe yang lebih kuat daripada wedang ronde. Selain menjual wedang dongo, warung Wedang Dongo Pak Untung juga menjual wedang asle, wedang sekoteng, kacang hijau, kacang putih, dan aneka makanan ringan khas Solo.