Pemerintah Kota Surakarta
Grebeg Sudiro Merayakan Kebhinekaan
  January 23, 2017 20:08

Ribuan orang menyemut di sekitar Pasar Gede Solo, Minggu (22/1/2017).  Mereka mengelilingi ratusan orang yang beberapa di antaranya memikul gunungan.  Salah satunya berbentuk Tugu Jam Pasar Gede,  terbuat dari ribuan kue keranjang, kue khas yang hadir di setiap perayaan Imlek.  Ada pula gunungan yang lebih kecil, juga terbuat dari berbagai kue,  seperti berbalut dengan cakwe, janglut, dan bakpao. Tidak ketinggalan gunungan yang dibuat dari sayur dan buah-buahan serta kue “Jawa” seperti seperti onde-onde, gembukan, keleman, dan lain-lainnya.

Gunungan-gunungan itu merupakan perlengkapan prosesi sebuah tradisi budaya yang disebut dengan Grebeg Sudiro. Merujuk namanya, grebeg yang berasal dari kata Jawa, gumrebeg yang artinya riuh atau keramain yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan. Sedangkan Sudira, merupakan kependekan dari nama salah satu kelurahan yang mayoritas dihuni warga keturunan Tionghoa, Sudiraprajan. Grebeg Sudiro menjadi prosesi budaya yang diadakan untuk menyambut Tahun Baru Imlek.

Warga Sudiroprajan, dimotori warga yang tinggal kampung Balong menginisiasi sendiri kegiatan ini. Mengambil nama grebeg, layaknya tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut hari-hari besar dengan menyelenggarakan kirab mengarak hasil bumi, Grebeg Sudiro juga kegiatan kirab namun dengan gunungan yang terbuat dari kue keranjang. Meski diselenggarakan untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek, Grebeg Sudiro tidak selalu identik dengan budaya yang berasal dari etni Tionghoa.

Grebeg Sudiro justru membuktikan berhasilnya proses akulturasi budaya dari berbegai etnis. Tidak hanya dari namanya, perlengkapan yang digunakan, mereka yang terlibat dalam penyelenggaraan tradisi ini pun berasal dari berbagai etnis, warna kulit, keyakinan, golongan dan sebagainya. Grebeg Sudiro menjadi semacam perayaan akan indahnya kebhinekaan.

Prosesi Grebeg Sudiro dimulai dengan arak-arakan kesenian tradisional yang lagi-lagi juga berasal lintas etnis dan wilayah Ada kesenian Soreng Boyolali, Seni Hadrah, Turonggo Seto, Jatilan, dan Reog Ponorogo dan tentu saja tidak ketinggalan liong dan barongsai. Pedagang Pasar Gede juga turut di barisan ini dengan membawa barang dagangannya. Tidak kurang dari dari 48 kelompok dengan melibatkan sekitar 2.000 peserta membuat barisan karnaval.

Sementara di barisan penonton lebih banyak lagi. Mereka tumpah ruah berbaur satu sama lain tanpa membedakan latar belakangnya. Tatkala gunungan itu selesai dikirab, mereka saling berebut untuk mendapatkan pernak-pernik gunungan. Meski saling berebut yang terkadang disertai aksi dorong, namun semua terlihat cerita dan penuh canda. Sebuah perayaan yang penuh kegembiraan.

Grebeg Sudiro berlangsung sejak tahun 2007 silam merupakan pengembangan tradisi yang berlangsung di Kampung Balong. Di  kampung yang warga keturunan Tionghoa dengan warga etnis lain hampir sama ini terdapat tradisi Buk Teko. Buk Teko (dari kata buk tempat duduk dari semen di tepi jembatan atau di depan rumah, sedangkan kata teko ialah poci, tempat air teh). Warga di kampung itu memilihara tradisi menjelang Imlek yang sudah berlangsung sejak masa Paku Buwono X berkuasa.

Salah seorang warga Sudiroprajan, Wahyu Sugiarto mengatakan Grebeg Sudiro bukan hanya menjadi ajang bagi masyarakat untuk unjuk potensi kampung, tetapi juga menjadi simbol masyarakat yang berbaur dalam kebhinekaan. Menurut dia, kebersamaan warga di Sudiroprajan yang multi etnis dalam kesehariannya dimanifestaskan dengan penyelenggaraan Grebeg Sudiro.

Sumartono Hadinoto, tokoh keturunan Tionghoa di Solo mengatakan Sudiroprajan patut dijadikan contoh bagaimana proses akulturasi harmonis yang alami itu.  Menurutnya, di Sudiroprajan, persoalan toleransi sudah selesai. Di kampung yang menjadi Kampung Pecinan semasa kolonial itu, tidak ada sentimen etnis. Semua bisa menyatu harmonis dengan etnis lain. Kalau ada peringatan Imlek begini, semua warga, termasuk yang non-Tionghoa, akan bahu-membahu untuk saling membantu,” kata Sumartono sebagaimana dikutip dari laman detik.com.

Tak salah jika ada yang menyebut Grebeg Sudiro merupakan perayaan terhadap indahnya kebhinekaan atau pluraritas.  Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menyebut Grebeg Sudiro juga sebagai sebagai salah upaya untuk  terus menjaga dan mempertahankan kemajemukan di Surakarta. (***)

aosgi
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

29

Visitors today

20

Visits total

425,354

Visitors total

330,683

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta