Pemerintah Kota Surakarta
Pasar Klewer dari Masa ke Masa
  April 20, 2017 01:28

Pasar Klewer terletak persis di sebelah barat Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan berdekatan dengan Masjid Agung Surakarta. Berada di jantung aktivitas bisnis Kawasan Coyudan, Pasar Klewer dahulunya adalah  adalah tempat bangsawan kerajaan seperti bupati luar nagari memarkir keretanya saat menghadap Sinuhun Paku Buwana, raja pewaris kerajaan Mataram Islam. Oleh karena itu, orang-orang tua di masa lalu menyebut tempat tersebut sebagai Pakretan dari kata pa-kreta-an atau tempat menaruh kreta atau kereta.

Dari Pakretan, muncul nama Slompretan untuk menyebut lokasi yang berada di tepi jalan tertua di Kota Solo ini. Nama Slompretan konon berasal dari kata slompret atau terompet. Sebutan Slompretan biasanya diawali dengan kata pasar, Pasar Slompretan karena di sana terjadi aktivitas perdagangan meski belum ada bangunan fisik untuk menampung para pedagang. Para pedagang ini berjualan dengan cara hilir mudik mendatangi calon pembeli. Barang dagangan hanyalah barang-barang yang mudah dibawa untuk dijajakan secara rombengan alias keliling. Mereka membawa daganganya disampirkan di bahu menjuntai ke bawah dan tidak teratur sehingga dari kejauhan para penjaja dagangan ini nampak berkleweran.

Klewer pun kemudian menjadi sebutan baru yang merujuk lokasi perdagangan di tempat ini. Lokasinya yang sangat dekat dengan pusat kekuasaan (karaton) sekaligus pusat keagamaan (Masjid Agung), membuat aktivitas perdagangan kian lama meningkat. Seiring dengan industrialisasi kain batik, yang pada awalnya hanya boleh dikenakan kaum bangsawan dan hanya dibuat dengan teknik tulis (batik tulis) menjadi batik cap, Pasar Klewer menjadi jujugan pedagang.

Keberadaan Kampung Kauman di seputaran Masjid Agung yang memiliki banyak perajin batik serta Kampung Laweyan yang sejak lama menjadi sentra batik, turut andil meramaikan pasar ini.  Para pedagang tak lagi hanya membawa dagangan dengan menyampirkan di pundak sehingga pathing klewer, karena mulai muncul jenis dagangan lain seperti burung dan sepeda. Pesatnya aktivitas ekonomi di Pasar Slompretan atau Pasar Klewer membuat pemerintahan di bawah Presiden Sukarno berinisiatif mendirikan bangunan permanen.

Sekitar 10 tahun setelah proklamasi, bangunan fisik pasar dibangun. Awalnya tidak hanya sandang yang diperjualbelikan karena di pasar itu juga ada pedagang sepeda dan pedagang burung. Mereka memanfaatkan ruang-ruang terbuka di antara bemo yang mangkal di sekitar itu. Ketika perkembangan pasar kian pesat, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres untuk mendirikan bangunan Pasar Klewer. Pedagang sepeda direlokasi ke Pasar Gemblegan, sementara pedagang burung ditempatkan di sekitar Widuran. Bangunan baru Pasar Klewer dengan dua lantai diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto 9 Juni 1971.

Tak berhenti hanya upaya untuk menampung aktivitas perdagangan yang semakin meningkat terus dilakukan. Di sebelah sebelah timur Pasar Klewer juga didirikan bangunan pasar. Untuk menghormati kesakralan karaton, bangunan di sisi timur hanya dibuat satu lantai atau lebih rendah daripada bangunan di sebelah barat. Pada tanggal 27 Desember 1986 Gubernur Jawa Tengah Ismail menandatangani prasasti selesainya pembangunan pasar tersebut. Rupanya, renovasi besar-besaran yang dilakukan seperempat abad itu menjadi terakhir kali dilakukan sebelum akhir 2014 lalu terbakar. Ratusan pedagang kehilangan tempat usahanya sampai kemudian Pemerintahan Kota Surakarta menyediakan pasar sementara di Alun-alun Lor yang tak jauh dari Pasar Klewer untuk menampung aktivitas perdagangan.

Setelah dua tahun lebih mengungsi, 21 April 2017, para pedagang kembali menempati Pasar Klewer.  Presiden RI Joko Widodo yang semasa menjadi Walikota Surakarta (2005- 2012) sering blusukan ke pasar ini meresmikan selesainya pembangunan kembali Pasar Klewer.

Tentang Pembangunan Kembali Pasar Klewer

27 Desember 2014 menjadi kenangan kelam khususnya para pedagang Pasar Klewer. Selepas isyak,  si jago merah tanpa kenal ampun menghabisi hampir seluruh bangunan pasar di sisi sebelah barat.  Bangunan dua lantai berikut isinya nyaris tanpa sisa dilalap api yang berkobar selama hampir dua hari.

Bencana itu menjadi pukulan telak yang dampaknya tak hanya dirasakan pedagang dan keluarganya tetapi juga masyarakat Kota Solo. Menyadari hal itu, Walikota FX Hadi Rudyatmo bergerak cepat dengan memutuskan untuk membangun pasar sementara. Atas izin Paku Buwana XIII, Alun-alun Lor digunakan untuk menampung ribuan pedagang selama dua tahun. Sejumlah korporasi turut tergerak untuk mengalokasikan dana CSR mereka guna membantu pendirian pasar sementara tersebut.

Di sisi lain, Walikota Surakarta juga berusaha meyakinkan Pemerintah agar bersedia untuk menyediakan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan kembali Pasar Klewer. Anggaran sekitar Rp 150 miliar akhirnya dikucurkan selama dua tahun berturut-turut agar pasar yang menjadi tumpuan puluhan ribuan kepala keluarga ini segera dapat dipergunakan kembali. Presiden Jokowi pun memberikan respon positif dan bersedia untuk mengalokasikan anggaran melalui Kementerian Perdagangan. Presiden meminta agar pembangunan kembali Pasar Klewer dilakukan gotong royong dengan melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Surakarta.

Dengan dukungan dari para pedagang, Pasar Klewer sisi barat akhirnya dibangun kembali. Guna menampung pedagang oprokan, pedagang renteng yang keberadaannya membuat pasar teramat sesak, Pasar Klewer yang semula dua lantai dibangun menjadi empat lantai. Penambahan luasan pasar juga dimaksudkan untuk mewadahi kendaraan pengunjung yang kerap memacetkan lalu lintas. Meski bertambah bertambah dua lantai namun bangunan Pasar Klewer tida nampak menjulang dan melebihi ketinggian bangunan karaton karena penambahan dilakukan dengam membuat lantai basemen dan lantai semi basement. (***)

 

aosgi
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

3

Visitors today

3

Visits total

425,359

Visitors total

330,687

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta