Pemerintah Kota Surakarta
Mengemas Tradisi Lokal sebagai Ajang Promosi
  October 2, 2017 16:10

 

Tradisi Merti Desa dan Larung Sukerto menjadi event andalan Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Kearifan tradisi lokal ini tetap dipertahankan masyarakat setempat, bukan saja sebagai ajang untuk memelihara kebersamaan dan semangat gotong royong tetapi juga sebagai ajang unjuk potensi. Selama satu pekan, mulai Senin 25 September 2017, hingga Minggu 1 Oktober 2017, seluruh potensi seni budaya dan perekonomian digelar.

Dipusatkan di Lapangan Mojosongo, puluhan stand produk kerajinan yang menjadi unggulan di Kelurahan Mojosongo terpampang. Sangkar burung dengan berbagai desain unik nampak mendominasi stand. Maklum, di wilayah ini memang terdapat senjumlah sentra kerajinan sangkar burung. Sementara di salah satu tepi lapangan, sebuah panggung tak henti-hentinya menyuguhkan berbagai pertunjukkan kesenian yang semuanya berasal dari Mojosongo.

“Semua potensi kesenian dan UKM yang ada di Mojosongo mendapat kesempatan untuk tampil di event ini karena kami ingin, event Merti Desa dan Larung Sukerto selain menjadi sarana menjaga tradisi leluhur juga sekaligus sebagai event untuk mempromosikan apa yang dimiliki warga Mojosongo,” kata Agus Triyono, Lurah Mojosongo.

Tidak kurang dari 30 kelompok seni yang memeriahkan Merti Desa. Kelompok seni tersebut di antaranya adalah reog, ketoprak, karawitan, hadrah, keroncong hingga campur sari. Agus mengatakan seluruh kelompok seni tersebut berasal dari Kelurahan Mojosongo. “Kita juga adakan berbagai lomba dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk,” ujar Lurah Agus.

Kirab Merti Desa dan Larung Sukerto yang dilaksanakan Minggu 1 Oktober menjadi puncak acara ini. Ribuan masyarakat berkumpul mengikuti prosesi yang dimulai dari Lapangan Mojosongo menuju ke ali Kali Anyar di wilayah Kedung Tungkul RT 5 RW VII Kelurahan Mojosongo. Puluhan komunitas dan kelompok kesenian menjadi peserta kirab dengan membawa ikon-ikon yang menjadi penanda potensi mereka. Ada komunitas yang membuat gunungan yang dibuat dari tahu dan tempe, yang menandakan komunitasnya adalah perajin bahan makanan tradisional tersebut. Belasan gunungan dikirab sejauh tiga kilometer.

Wali Kota FX Hadi Rudyatmo berkempatan hadir dan melepas kirab budaya ini. Orang nomor satu di Kota Surakarta itu mengapresiasi penyelenggaraan tradisi lokal yang di tempat lain sudah tidak diketemukan lagi. Menurut wali kota, Surakarta yang tidak memiliki kekayaan alam harus dapat menemukan keunggulan lain untuk memajukan masyarakatnya. “Karena kota kita ini kota budaya, di mana seluruh kampung memiliki potensi seni dan budaya maka itu yang harus digali dan dikembangkan,” ujarnya.

Merti Desa dan Larung Sukerto, kata wali kota, jika dapat dikembangkan dan dikemas akan menjadi daya tarik yang luar biasa. Menurut Wali Kota Rudyatmo, wisatawan justru mencari hal-hal yang unik di suatu daerah. Jika sebuah event mampu mendatangkan orang dari luar, dia yakin ekonomi wilayah bakal ikut tergerak. ”Tidak perlu muluk-muluk targetnya seperti harus dikunjungi wisatawan asing. Wisatawan lokal dulu, yang penting bisa menggerakkan ekonomi warga kampung,” kata Rudyatmo.

Menurut Ketua Panitia Merti Desa dan Larung Sukerta, Dodi Sudarsono, tradisi lokal yang di Mojosongo masih dipelihara dengan baik itu pada hakikatnya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Rasa syukur masyarakat atas rizki, keselamatan dan ketentraman yang diperoleh warga Mojosongo. Merti Desa atau juga sering disebut Bersih Desa merupakan cara nenek moyang kita dalam mengungkapkan rasa syukur dan kami mempertahankan tradisi ini karena merupakan tradisi yang baik dan mendatangkan manfaat,” ujarnya.

Secara simbolis, Wakil Wali Kota Achmad Purnomo yang hadir dalam Larung Sukerto menyerahkan ubarampe atau perlengkapan yang hendak dilarung di Kali Anyar kepada Lurah Mojjosongo. Sesepuh Mojosongo, mengawali dengan membaca doa-doa agar Kelurahan Mojosongo terbebaskan dari sukerto atau kesialan dan keburukan seperti sifat sekarah serta menjauhkan diri dari watak angkara murka termasuk perbuatan korupsi.

Wali Kota Rudyatmo memberikan dukungan kepada warga Mojosongo untuk terus melestarikan tradisi tersebut. Menurutnya, tradisi Merti Desa secara langsung juga mengimplementasikan semangat gotong royong antar warga. Kegiatan bersama seperti Merti Desa, kata wali kota, membuka ruang pergaulan dan mengikis sikap individualistik. “Jika gotong royong terpelihara, masyarakat yang wasis, waras, wareg, mapan papan sudah di depan mata,” kata dia. (***)

aosgi
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

19

Visitors today

14

Visits total

425,220

Visitors total

330,602

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta