Minggu, 11 Januari 2018 bertempat di depan Pasar Gede, Jl. Urip Sumoharjo acara Grebeg Sudiro berlangsung. Acara diawali dengan Kirab Budaya yang diikuti 67 peserta. Dibuka dengan Tari Srimpen Cemparing yang dibawakan oleh 5 orang wanita dari sanggar Sekar Melati.
Ketua Panitia Grebeg Sudiro, B. Bul Hartomo, dalam sambutannya mengatakan masyarakat Sudiroprajan merupakan masyarakat yang heterogen (Tiong Hoa dan Jawa) memahami budaya bisa digunakan sebagai alat pemersatu bangsa, perbedaan jangan dipandang sebagai kelemahan tapi sebagai pemersatu / keindahan / kekuatan.
Seperti falsafah Jawa mangan ra mangan sing penting kumpul artinya kerukunan, falsafah Tiong Hoa kumpul ra kumpul sing penting mangan artinya bekerja keras, menjadi landasan hidup bermasyarakat di Surakarta. Bahwa kerukunan sebagai dasar dalam bekerja keras bersama.
Walikota dalam sambutannya “merajut kebhinnekaan bukan hal mudah dan susah,” masyarakat Kota Solo mampu mengelola kemajemukan sehingga dapat bertahan hingga sekarang. Meningkatkan persatuan dan gotong royong serta meningkatkan kemajukan menjadikan solo sebagai Kota tujuan budaya.
[video_embed video=”svRTlUJ5GRw” parameters=”” mp4=”” ogv=”” placeholder=”” html5_parameters=”” width=”700″ height=”400″]