Solo – (5/6) Prosesi Kirab tumpeng Sewu malam selikuran yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berlangsung khidmat. Kirab Malam Selikuran adalah memperingati ketika turunnya Nabi Muhammad SAW dari Jabal Nur setelah menerima wahyu Laitul Qodar. Rombongan diawali dengan iringan prajurit drum band dilanjutkan dengan prajurit semut abang, semut ireng lalu kerabat Keraton dan ditutup dengan rombongan abdi dalem dengan membawa lampion bertuliskan lafadz Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW serta menyunggi ancak cantaka sebagai wadah 1000 nasi tumpeng. Tidak lupa pula simbol dari datangnya malam seribu bulan digambarkan dengan rombongan lampion dan lampu ting.
Suara gamelan dengan lantunan salawat dengan diiringi rebana turut memeriahkan rombongan kirab tersebut. Kirab dimulai pukul 20.00 WIB setelah sholat Tarawih yang dimulai dari Keraton Surakarta menuju Joglo Sriwedari dengan menempuh jarak tiga kilometer. Di Joglo Sriwedari, tumpeng diserahkan kepada alim ulama untuk didoakan, setelah didoakan nasi tumpeng tersebut dibagikan kepada masyarakat. Malam 21 Ramadan adalah ketika turunnya Nabi Muhamad dari Jabal Nur setelah menerima wahyu Laitul Qodar. Yakni siapapun yang berbuat kebaikan pada hari itu akan mendapat ganjaran atau balasan yang baik bagi seribu bulan. “Sehingga kemudian dilambangkan dengan tumpeng sewu atau tumpeng yang jumlahnya seribu,” terang Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, K.G.P.H. Dipokusumo.