Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII pada tahun 1936 meminta arsitek Belanda, Thomas Karsten untuk merancang i tempat mandi cuci kakus (MCK) umum yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai ‘Ponten’. Ponten terdiri dari 3 ruang, sebelah timur dipakai untuk laki-laki. Sebelah barat untuk wanita dan ditengah-tengah terdapat pancuran untuk mandi anak-anak. Di bagian depan terdapat taman sebagai tempat bermain atau sekadar duduk-duduk santai.
Pada bagian kanan kiri terdapat bilik mandi yang untuk mencapainya harus melewati semacam labirin. Setiap bilik dilengkapi dengan tujuh pancuran dan satu shower besar di bagian tengah. Khusus di bilik kanan terdapat dua toilet yang dipisahkan oleh dinding. Setiap bilik mempunyai penghubung dengan sumur di bagian luar.
Ponten tidak memiliki pintu penutup ataupun atap. Pada awalnya bangunan Ponten, sudah menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kondisi itu berlangsung hingga tahun 1959, namun setelah itu ponten menggunakan air sumur. Sanitasinya pun sudah dirancang baik dengan dialirkan langsung ke Kali Pepe yang berseberangan langsung dengan ponten. Pada tahun 2007, ponten dipugar (KRT H. Kistuboko).
Bangunan ini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada tahun 2013, lokasinya cenderung sepi dan teduh. Meskipun sudah tidak dimanfaatkan lagi sebagai MCK, dikarenakan warga sekitar sudah memiliki MCK di masing masing rumah, ponten mangkunegaran ini membuktikan bahwa pemerintahan Mangkunegaran dimasa lalu sudah menyadari pentingnya sanitasi kesehatan untuk warganya.