Kota Solo memang gudangnya sejarah. Bukan hanya budaya, seni, kuliner, namun juga banyak bangunan bersejarah lainnya. Salah satunya yakni keberadaan 2 tugu yang tetap harus dipertahankan. Pertama adalah Tugu Cembengan dan yang kedua adalah Tugu Kebangkitan Nasional. Tugu Cembengan berada di kawasan Jebres tepatnya berada di tengah perempatan bertemunya empat jalur jalan; dari utara Jalan Ki Hajar Dewantoro, dari timur Jalan Ir. Sutami dan selatan Jalan Kolonel Sutarto dan dari barat Jalan Tentara Pelajar.
Dibangun pada saat Sri Susuhunan Paku Buwono X berkuasa yakni antara 1893 – 1939. Tidak banyak yang tahu bahwa Cembengan aslinya berasal dari Bahasa Tiongkok Ching Bing yang artinya ritual khas orang Tionghoa guna mendoakan nenek moyang mereka. Berdirinya tugu ini sebagai penanda menuju ke pemakaman khusus warga Cina yang berada di timur laut Universitas Sebelas Maret. Bila diperhatikan, tugu ini bertingkat tiga dengan salah satu lubang berada di tengahnya. Diduga dulu lubang tersebut untuk menaruh lampu supaya orang mengetahui penanda tersebut.
Sedangkan tugu kedua yang juga bersejarah adalah Tugu Kebangkitan Nasional yang berada tepat di depan SMK Murni Penumping. Tugu ini berdiri Tahun 1933, yakni tepat 25 tahun peringatan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Berbentuk lilin dengan api di atasnya melambangkan kekuatan serta mampu menjadi penerang. Proses pendirian tugu itu sebenarnya sempat mendapatkan tentangan dari Pemerintah Hindia Belanda karena mereka tahu tugu tersebut dapat dimaknai sebagai simbol perlawanan
Meski akhirnya berhasil berdiri namun penjajah menolak tugu tersebut dinamakan Tugu Kebangkitan Nasional. Maka tak heran, jika tugu ini bukan hanya masih berdiri kokoh di tempatnya namun juga dijadikan lambang resmi klub sepak bola asal Solo yakni Persis Solo serta digunakan menjadi salah satu bagian logo Pemerintah Kota Surakarta.