Belakangan ini masyarakat disibukkan dengan pandemi Covid-19 yang membabi buta. Namun, di tengah situasi itu, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali mencuat. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan, terhitung hingga 20 Februari 2022, kasus DBD tercatat mencapai 13.776 kasus dengan jumlah kematian 145 kasus. Tentunya, jumlah ini tidak dapat dianggap sepele begitu saja.
Intensitas curah hujan yang cukup tinggi, membuat bak-bak penampungan air dan beberapa tempat tertentu menjadi genangan air. Hal ini menjadi lokasi yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk, termasuk aedes aegypti, penyebab DBD. Untuk itu, menjaga kebersihan lingkungan merupakan cara sederhana dalam mencegah jatuhnya korban DBD di kemudian hari.
Langkah yang dilakukan pertama kali dengan menerapkan metode 3M, yaitu menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat semua tempat penyimpanan air, dan memanfaatkan limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang). Namun, 3M saja dirasa tidak cukup untuk mencegah DBD. Prinsip penting dari pencegahan DBD adalah memastikan kita tidak digigit nyamuk aedes aegypti.
Beberapa cara tambahan untuk mencegah gigitan dan perkembangan nyamuk, diantaranya memelihara jenis ikan pemakan jentik nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, memeriksa tempat penampungan air, meletakkan pakaian bekas pakai dalam wadah tertutup, memberikan larvasida pada penampungan air yang sulit dikuras, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, serta menanam tanaman pengusir nyamuk.
DBD digolongkan sebagai Kejadian Luar Biasa oleh Kementerian Kesehatan. Sebab, kasus ini meningkat setiap tahunnya, ketika musim hujan datang. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan turut andil dalam menjaga kebersihan, melalui 3M plus.