Stunting menjadi permasalahan terbesar pada balita di Indonesia. Akibat pemberian gizi yang tidak seimbang, menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik pada anak. Sering kali, stunting dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal. Sehingga berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan berakibat prestasi belajar yang buruk. 

Anak yang terkena stunting memiliki gejala-gejala yang dapat dikenali, yaitu pertama, anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada anak seusianya. Kebanyakan orang beranggapan, tubuh pendek berasal dari faktor genetika yang diturunkan orang tuanya. Namun faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor lingkungan dan nutrisi. 

Kedua, pertumbuhan gigi yang terlambat. Biasanya anak akan mengalami gigi yang tanggal di usia 5-12 tahun. Gigi yang tanggal merupakan gigi susu yang kemudian berganti gigi dewasa atau gigi permanen. Jika anak mengalami keterlambatan tanggal gigi, perlu dibawa ke dokter untuk mencabut gigi susunya. Sebab apabila dibiarkan akan berpengaruh terhadap tumbuhnya gigi yang tidak rata, sehingga berdampak pada penampilan.

Ketiga, memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk. Penderita stunting memiliki keterlambatan dalam perkembangan kecerdasannya. Hal ini dapat berpengaruh pula terhadap memori yang dimiliki. Misalnya anak terlambat berbicara karena sulit menangkap dan menirukan apa yang diajarkan orang tuanya.

Keempat, pubertas yang terlambat. Pubertas diartikan sebagai tahap perkembangan dari remaja menuju dewasa. Normalnya, masa puber pada anak perempuan terjadi pada usia 8-11 tahun, sedangkan pada anak laki-laki usia 9-15 tahun. Jika anak Anda tidak mengalami ciri-ciri puber pada usianya, segera hubungi dokter terkait.

Orang tua perlu mengetahui gejala-gejala yang menjadi tanda adanya stunting pada anak. Oleh karena itu, deteksi sejak dini diperlukan untuk mengatasi risiko yang mungkin saja muncul di masa depan.