Mungkin masih ada masyarakat yang sulit membedakan mural dan vandalisme, karena keduanya sama-sama mengambil media di ruang-ruang publik. Banyak juga berita yang bertajuk mural dibongkar, karena dianggap sebagai tindakan vandalisme. Akhirnya masyarakat kebingungan dengan batas-batasan antara dua istilah yang biasa diidentikan mencoret-coret dinding. 

Perlu di garis bawahi, jika mural dan vandalisme sangatlah berbeda. Mural merupakan salah satu contoh seni jalanan atau street art dimana seniman menuangkan karya-karya mereka jalanan tepatnya pada tembok, jembatan dan sudut-sudut kota besar. 

Dalam penciptaannya, seniman mural benar-benar fokus dalam kegiatan kesenian, tanpa dibubuhi tulisan atau simbol yang mempromosikan brand, aliran politik tertentu, maupun kepentingan lainnya. Anda bisa menyaksikan contoh kesenian mural di Joho Kampoeng Hepi dan Flyover Manahan di Kota Solo. 

Sebaliknya vandalisme bukan sebuah kegiatan kesenian, dan diartikan sebagai perbuatan negatif yang merusak hasil karya atau fasilitas umum dan keindahan alam secara kasar. Pelaku vandalisme biasanya juga melakukan perbuatannya di dinding jalan, atau ruang publik lain dengan cara mencoret, menggambar atau tindakan lain, namun hasil coretannya sama sekali mengandung unsur keindahan, kesenian, dan pesan tersirat lain, melainkan hanya ajang corat-coret yang bersifat merusak. 

Pemerintah Kota akan menindak tegas perbuatan-perbuatan vandalisme, apalagi pelaku vandalisme sendiri dapat dijerat dengan ancaman pidana yang diatur dalam beberapa Pasal KUHP, salah satunya pidana maksimal dua belas tahun dalam Pasal 200 untuk perusakan gedung dan bangunan, serta Pasal 170 apabila vandalisme dilakukan dengan tenaga bersama.