Dalam muatan lokal bahasa Jawa, terdapat beberapa macam tembung yang perlu dipelajari, salah satunya adalah tembung saroja. Apabila dijabarkan menurut istilah, “tembung” berarti kata, dan “saroja” berarti rangkap. Maka, tembung saroja memuat arti dua kata yang memiliki arti sama maupun hampir sama yang dipakai bersamaan. 

Tembung saroja berfungsi untuk memperjelas kata sebelumnya dan mempertegas makna suatu kata. Biasanya kata-kata yang digunakan pun familiar dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ketika mendengarnya, masyarakat akan langsung mengetahui arti dan maksudnya. 

Berikut penjelasan dari arti tembung saroja, jika diterapkan dalam suatu kalimat.

Pak Tukiman tansah sumeh lan grapyak semanak marang tangga teparo uga wong liya. 

(Pak Tukiman selalu murah senyum dan ramah kepada tetangga kanan kiri dan semua orang).

Kalimat di atas terdapat dua tembung saroja, yaitu “grapyak semanak” dan “tangga teparo.” Pada gabungan kata “grapyak semanak”, apabila diartikan mengandung maksud sangat ramah, gemar bergaul dan menyenangkan. Sementara, jika diurai satu per satu, kata grapyak dan semanak, keduanya sama-sama berarti ramah. Kemudian, ketika digabungkan menjadi satu, maka akan lebih menegaskan maknanya.

Gabungan kata atau tembung saroja selanjutnya yang terdapat pada contoh kalimat di atas adalah “tangga teparo.” Keduanya bukan mengandung arti yang sama, melainkan kata kedua menegaskan kata sebelumnya. Jika diartikan per kata, tangga berarti tetangga dan teparo berarti kanan kiri. Maksud dari kalimat tersebut adalah, tetangga sekitar yang bertempat tinggal berdekatan dengan rumah Pak Tukiman (tokoh yang diceritakan).
Selain contoh di atas, masih banyak tembung saroja lainnya, misalkan andhap asor (rendah hati), babak bundhas (terluka parah), gagah prakosa (gagah perkasa), mukti wibawa (kedudukan tinggi), edi peni (indah sekali), tindak tanduk (tingkah laku), dan lain-lain.