Bagi siapapun yang pernah mengunjungi Kota Solo, pasti pernah melihat, bahkan melintasi Jalan Slamet Riyadi. Jalan utama satu arah yang memanjang ke timur mulai dari Tugu Purwosari hingga Simpang Tiga Gladag tersebut memiliki rel kereta api yang berada di sebelah selatan dari jalan aspalnya. Lantas untuk apa fungsi rel kereta api di jalan tengan Kota Solo?

Fungsi dari adanya rel yang lewat tengah Kota Solo tersebut tidak terlepas dari sejarah Lokomotif uap C12 18, Kereta Api Uap Jaladara yang sering kita lihat ketika melintas di Jalan Slamet Riyadi. Usianya yang sudah lebih dari satu abad, namun masih bisa bergerak dengan gagah menembus gedung dan bangunan tinggi Jalan Slamet Riyadi, Solo. Bagaimana sejarah kereta uap tersebut bisa melintas di Jalan Slamet Riyadi?

Lokomotif uap C12 18 merupakan salah satu kereta api uap tua yang dimiliki oleh Indonesia. Kereta api buatan Belanda ini dibuat pada tahun 1896. Lokomotif C12 18 ini dibuat di Belanda oleh pabrik lokomotif Hartmann Chemnitz pada tahun 1986 dan dioperasikan di tahun yang sama pula di Indonesia. Perusahaan yang mengoperasikan adalah Staatspoorwegen atau SS, perusahaan KA milik pemerintah Belanda.

Tahun 1927 ketel uap C1218 buatan Hartmann Chemnitz digantikan oleh ketel uap buatan Hohenzollern AG Dusseldorf, Jerman. Setelah berakhir masa dinasnya, C12 18 diletakkan di Depo Cepu, Kabupaten Blora, Jawa tengah dan dimanfaatkan sebagai lokomotif langsir rangkaian kereta serta untuk menarik rangkaian kereta penumpang atau barang pada lintasan cabang Cepu-Blora-Purwodadi. Kemudian, di simpan di Museum Kereta Api Ambarawa.

Pada bulan September 2009, atas permintaan dari Pemerintah Kota Solo, lokomotif uap C12 18 dipindah dari Ambarawa ke Solo. Lokomotif C12 18 dijadikan sebagai penarik kereta api wisata Jaladara dengan rute Purwosari-Solo kota sejauh 6 kilometer untuk melengkapi wisata budaya dan sejarah di Kota Solo.