
Apakah Anda tahu bahwa kata “Apotek” sebetulnya berasal dari bahasa Belanda yakni “Apotheek”. Artinya yaitu tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter, serta memperdagangkan barang medis, dan rumah obat. Masih banyak lagi kata-kata lainnya yang biasa Anda gunakan dalam sehari-hari, ternyata kata itu semua tergolong sebagai kata serapan dari bahasa asing.
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya bersifat fleksibel, menyerap berbagai bahasa daerah dan asing yang disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang diserap diantaranya bahasa Belanda, karena bangsa tersebut yang menjajah bangsa Indonesia selama I abad atau 350 tahun (1602 s.d. 1945). Dengan artian merupakan bangsa yang menjajah paling lama sehingga besar pengaruhnya atas kosakata bahasa Indonesia.
Pengaruh bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia jelas jauh lebih banyak lagi, tidak hanya dalam bidang politik semata. Mulai dari hal-hal sehari-hari yang kita sering ucapkan, seperti kantor dari kantoor, buku dari boek, bangku dari bank. Selain itu, pengaruh bahasa Belanda juga terdapat dalam beberapa kosakata bahasa Jawa.
Berikut contoh bahasa Jawa yang telah mendapatkan serapan dari bahasa Belanda:
Persekolahan | Transportasi | ||
Sekrip | Script | Pit | Fiets |
Grip | Griffel | Sopir | Chauffeur |
Potlot | Potlood | Bis | Bus |
Sekolah | School | Stasiun | Station |
Setrap | Straf | Sepur | Spoor |
Profesi | Pemerintah & Perkantoran | ||
Direktur | Directeur | Kantor | Kantoor |
Insinyur | Ingenieur | Kontrak | Contract |
Masinis | Machinist | Koran | Krant |
Sep | Chef | Gubernur | Gouverneur |
Redaktur | Redacteur | Serep | Reserve |
Pada saat ini penggunaan kata serapan dari bahasa Belanda ke bahasa Jawa masih digunakan, bahkan sebagian menjadi bahasa baku dari bahasa Jawa. Tidak hanya dari segi bahasa, sejarah yang terjadi mengantar Indonesia, khususnya pulau Jawa memiliki berbagai peninggalan dari zaman dijajah oleh bangsa Belanda.
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, memang unsur serapan bukan suatu hal yang salah, karena berhubungan dengan akulturasi serta asimilasi. Namun, disisi lain bukan berarti pula bahwa dengan adanya unsur serapan peninggalan Belanda, nasionalisme kita menjadi dipertanyakan. Kita harus tetap menghargai, karena hal ini merupakan bagian dari sejarah.