Pemerintah Kota Surakarta
Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem KGPAA Mangkoenagoro X: Jejak Histori Solo Dalam Bingkai Budaya
  March 8, 2023 12:15

Tujuh perempuan penari Bedhaya Anglir Mendung tampak gemulai menari. Semua tampak tertegun, diam memperhatikan setiap gerakan tangan dan langkah kaki para penari. Tarian terasa sakral, seperti menghipnotis pandangan semua tamu.

Tari Bedaya Anglir Mendung tersebut dibawakan dalam rangka Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro X di Pendopo Ageng Puro Mangkunegaran 

Mau tahu, apa sih Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem itu? 

Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem merupakan acara sebagai penanda atau peringatan kenaikan tahta Adipati Mangkunagoro, yang pada 8 Ruwah EHE 1956 atau Rabu Legi, 1 Maret 2023 ini memasuki tahun pertama bertahta. 

Event ini menjadi daya tarik wisatawan dalam rangka mengenal lebih dekat budaya dan tradisi yang sudah lama ada di lingkungan Puro Mangkunegaran, Solo. 

Sementara tarian Bedaya Anglir Mendung merupakan hasil cipta kreasi dari mendiang pendiri Kadipaten Mangkunegaran guna menandai peringatan kenaikan tahta. 

Sebuah informasi menyebutkan, tradisi pementasan Tari Bedaya Anglir Mendung, kali pertama dipentaskan saat penobatan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro I pada 17 Maret 1757. 

Tari Bedaya Anglir Mendung tampak makin memiliki nilai sakral saat diiringi gamelan Kyai Kanyut Mesem. Gamelan ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak. Gamelan Kyai Kenyut Mesem ini disiapkan untuk mengiringi upacara kenaikan tahta dan tari- tarian sakral 

Dalam suasana penuh hikmat pada peringatan tahun pertama bertahta dan seiring usainya penampilan Tari Bedaya Anglir Mendung, di hadapan para tamu undangan, Adipati Mangkunagoro X menyampaikan sabdanya untuk terus menjaga kebudayaan Jawa sesuai dengan falsafah Tri Dharma Mangkunegaran. 

Ajaran Tri Dharma Mangkunegaran adalah ajaran tiga kebaktian yang merupakan cermin dari perjuangan Raden Mas Said. Tri Dharma itu meliputi, mulat sarira hangrasawani,  rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi. 

Mulat sarira hangrasawani  merupakan candrasengkala  tahun pendirian Mangkunegaran yaitu tahun 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi. 

Tradisi Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem menjadi tradisi yang kini hidup lagi, karena vakum sejak Pemerintahan Mangkunegara VII. Semaraknya makin terasa, karena kekayaan budaya yang tersimpan di Puro Mangkunegaran, kembali bisa dinikmati masyarakat. Salah satu yang menjadi magnet bagi warga adalah Kirab Jumenengan. 

Ratusan prajurit keraton dari berbagai kesatuan dilibatkan lagi mengiringi prosesi kirab tersebut. Iring-iringan kirab bersama Adipati Mangkunagoro X, dilakukan berjalan mengitari tembok luar Puro Mangkunegaran. 

Kekayaan nilai budaya yang terpancarkan dari keelokan Puro Mangkunegaran, menjadikan Solo semakin dikenal sebagai Kota Budaya dan menjadi magnet kunjungan wisatawan. Puro Mangkunegaran sendiri, saat ini terus berbenah dan menjadi ruang terbuka publik untuk bisa menikmati khazanah kekayaan nilai-nilai tradisi yang menarik.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

26

Visitors today

14

Visits total

425,382

Visitors total

330,698

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta