Pemerintah Kota Surakarta
Bakda Kupat, Tradisi Sepekan Usai Lebaran. Pasar Legi Jadi Sentra Pedagang Selongsong Ketupat
  May 1, 2023 10:15

Pria sepuh tampak duduk bersila, sembari  kedua tangannya lihat menganyam selongsong ketupat dari dua helai janur kuning yang panjang. Dia tampak fokus terus menganyam satu per satu selongsong ketupat. Setelah mendapat sepuluh selongsong ketupat, pria itu mengikatnya menjadi satu ikatan berisi 10 selongsong ketupat.

 

Begitu seterusnya, pria yang diketahui bernama Sumadi berumur 71 tahun ini, mengumpulkan satu demi satu selongsong ketupat. Dia tidak sendirian. Pria asal Salam, Gesi, Sragen ini ditemani beberapa orang yang juga lanjut usia. Mereka sengaja menggelar lapak dadakan di seberang pintu utama Pasar Legi Surakarta. Mereka membuka lapak sementara, guna mengais rezeki musiman yang hanya datang setahun sekali.

 

Di samping Mbah Sumadi, ada perempuan paruh baya bernama bu Parti. Dia juga sangat terampil membuat selongsong ketupat. Mulai dari memisahkan batang lidi dari helai daun janur hingga menganyam ketupat dilakukan dengan sangat cepat dan rapi. Sebagian dari para pedagang selongsong ketupat yang berasal dari Desa Salam dan Desa Srawung, Kecamatan Gesi, Sragen ini berada di Pasar Legi hingga beberapa hari. Mereka menginap dengan cukup menyandarkan atau merebahkan badannya di tumpukkan karung plastik. Bila malam tiba, mereka beristirahat di teras toko-toko untuk mengusir malam.

 

Sudah 5 hingga 7 tahun mereka melakoni menjual selongsong ketupat. Beruntung baginya, karena setiap hari bisa menjual sekitar 500 selongsong. Satu ikat yang berisi 10 selongsong ketupat dijualnya seharag Rp 10.000. Musim Bakda Ketupat atau Bakda Kupat memang musim rezeki bagi pedagang selongsong ketupat ini.

 

Di Solo, salah satu sentra selongsong ketupat berada di sekitar Pasar Legi. Di beberapa pasar juga terdapat pedagang selongsong ketupat, namun tidak sebanyak pedagang yang berada di Pasar Legi. Pasar Legi memang sangat unik, karena memiliki banyak kekhasan sebagai sentra pasar terlengkap di Solo. Nggak salah bila kalian setiap liburan ke Solo bisa mampir berbelanja di Pasar Legi.

 

Bakda Kupat merupakan tradisi di Solo pada khususnya dan masyarakat Jawa pada umumnya. Bakda Kupat atau Lebaran Ketupat merupakan tradisi satu minggu setelah Hari Lebaran. Bila Idul Fitri diperingati setiap 1 Syawal, sementara Lebaran Ketupat diperingati setiap 8 Syawal atau seminggu usai Idul Fitri.  

 

Bagi warga Solo, Bakda Ketupat merupakan momentum tradisi yang sudah dilakukan turun temurun. Banyak keluarga yang memasak kupat sayur, kemudian disajikan bersama keluarga yang berkumpul. Tidak jarang, mereka juga membagi-bagikannya ke tetangga terdekat. Sebenarnya, tradisi semacam ini memiliki ceritanya sendiri di masa lalu dan mengapa kok muncul tradisi yang sangat erat dilakukan oleh warga Solo?.

 

Konon, Bakda Ketupat ada karena pengaruh dari Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisongo. Sebagai pendakwah dan penyebar agama Islam, kanjeng Sunan Kalijaga memperkenalkan dua kali lebaran, Idul Fitri dan Bakda Kupat.

 

Makna ketupat, bisa diartikan dalam bahasa Jawa yang berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Maka, tradisi sungkem menjadi penanda orang yang lebih muda mengakui kesalahan kepada orangtua. Sungkem dilakukan dengan bersujud atau bersimpuh di bawah kaki orangtua. Kemudian orangtua memaafkan anak-anak atau orang yang lebih muda, disertai doa-doa dari orangtua untuk kebaikan hidup anak-anak.

 

Tradisi memaafkan tidak terbatas pada lingkungan keluarga, namun juga dilanjutkan ke tetangga-tetangga dan sanak saudara lain. Mereka saling bersalaman untuk mengucapkan permohonan maaf. Lalu tetangga atau sanak saudara yang datang, langsung disuguhi sayur ketupat, yang gurih dan lezat. Maka ketupat sebagai simbol memaafkan masih sering digunakan untuk menandai tradisi yang masih bertahan hingga saat ini.

 

Sementara Lebaran yang berarti lebar atau jembar, sebagai simbol terbukanya pintu yang selebar-lebarnya untuk memberikan maaf kepada siapa saja. Dengan demikian Lebaran Ketupat, menjadi sangat pas dengan kebiasaan masyarakat Jawa yang selalu mengedepankan silaturahmi. Sehingga setiap kesalahan apapun pasti bisa dilebur dan dimaafkan selebar-lebarnya agar terus menjalin silaturahmi yang tidak pernah putus, baik kepada keluarga maupun kepada orang lain.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

2

Visitors today

2

Visits total

425,223

Visitors total

330,605

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta