Melintas di kawasan Timuran, Solo, terdapat sebuah bangunan sekolah yang cukup megah. Gerbang gapura bercat putih terlihat kokoh dan pintu masuknya lebar. Sekolah yang memiliki halaman luas itu adalah bangunan SMP Negeri 10 Surakarta, yang berada di Jalan RA Kartini No. 12, Timuran.
Sekolah tersebut menyimpan sejumlah cerita sejarah yang cukup penting dalam dunia pendidikan di Kota Solo. Beberapa catatan yang menyertai perjalanan sekolah ini, di antaranya pernah menjadi salah satu tempat untuk mendidik kaum putri di era Mangkunegara VII.
Mengulik dari situs puromangkunegaran.com, pendidikan di Mangkunegaran semakin berkembang pesat pada masa pemerintahan Mangkunegara VII (1916-1944). Pada tahun 1918 Mangkunegara VII mendirikan 18 sekolah desa. Selain mendirikan sekolah-sekolah desa, Mangkunegara VII juga mendirikan sekolah perempuan yang diberi nama Sekolah Menengah Putri. Sekolah ini merupakan bentuk kerja sama Mangkunegaran dengan Yayasan Van Deventer yang berpusat di Belanda.
Pada era tersebut, kesadaran untuk memberikan hak pendidikan kepada para perempuan sudah begitu besar dilakukan oleh Mangkunegara VII. Sekolah Menengah Putri yang digagas Mangkunegara VII, akhirnya diwujudkan dengan mencari tanah yang diperoleh di Ndalem (rumah) Pangeran Natadiningrat. seluas sekitar 7.500 meter persegi. Lokasi tersebut disetujui Mangkunegara VII dan tahun 1917 dimulai pembangunan Sekolah Menengah Putri. Sekolah tersebut diresmikan oleh Gusti Kanjeng Ratu Timur (permaisuri Mangkunegara VII) bersama Mangkunegara VII pada tanggal 1 Juli 1927.
Sejak diresmikan, dari ke tahun jumlah siswinya terus bertambah. Kurikulum yang diajarkan termasuk lengkap. Materi pelajaran yang diberikan di antaranya berhitung, membaca, menulis, menyanyi, menari serta karawitan. Tak hanya itu, keterampilan rumah tangga seperti memasak, keuangan rumah tangga, kesehatan dan menjahit juga menjadi bagian yang diajarkan.
Support dari Mangkunegara VII dan Gusti Kanjeng Ratu Timur pada Sekolah Menengah Putri sangat besar dengan mengizinkan Pendopo Agung Mangkunegaran untuk belajar gamelan dan karawitan. Sementara Gusti Kanjeng Ratu Timur secara langsung memberikan materi pelajaran menari kepada para siswi.
Lokasi Sekolah Menengah Putri berada di areal SMPN 10 Surakarta. Sebelumnya, SMPN 10 merupakan satu kompleks dengan SMPN 3 dan SMPN 5 Surakarta. Namun kini SMPN 3 dan SMPN 5 sudah dipindah ke lokasi lain. Hanya SMPN 10 yang kini masih eksis berdiri.
Sebagaimana disarikan dalam situs puromangkunegaran.com, bahwa lahan kompleks eks SMPN 3, eks SMPN 5 dan SMPN 10 Surakarta merupakan kawasan Sekolah Menengah Putri yang dahulu dirintis oleh Mangkunegara VII. Semakin kuat bahwa sosok Mangkunegaran VII, merupakan tokoh penting bagi kemajuan pendidikan di Solo. Beliau mendarmabaktikan hidupnya untuk kemajuan pendidikan, khususnya kaum putri.
Di areal SMPN 10 Surakarta juga terdapat beberapa peninggalan penting lain, yaitu Aula dan Tugu PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Lahirnya PGRI terjadi di Solo usai kongres pertamanya di aula tersebut, bulan November 1945. Keberadaan SMPN 10 Surakarta menjadi saksi penting pendidikan di Solo dan Indonesia. Sekolah tersebut juga pernah meluluskan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Presiden RI.
Nggak salah, kalau Solo pantas menyandang sebagai kota pendidikan, karena begitu banyak dan besar peran Kota Solo dalam sejarah panjang pendidikan di Indonesia. Bagi kalian yang ingin kepo terhadap kisah-kisah menarik perjalanan SMPN 10 Surakarta, cobalah kunjungi SMPN 10 Surakarta. Akan banyak cerita-cerita menarik yang bisa kalian peroleh.
