Suasana meriah dan semarak terpancar di setiap sudut kota ketika Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, dengan penuh semangat mengenakan pakaian juru parkir (jukir) ikut serta dalam Pawai Pembangunan Kota Solo. Acara ini menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia yang ke-78. Mengenakan pakaian yang tak biasa, Gibran menunjukkan pesan yang mendalam di balik langkahnya ini.
Dalam suatu pernyataan yang penuh makna, Gibran menyampaikan alasannya untuk mengenakan pakaian jukir. Ia dengan tegas mengungkapkan bahwa para jukir tak hanya menjadi bagian dari panorama perkotaan, tetapi juga memiliki peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Retribusi yang mereka sumbangkan melalui retribusi parkir, secara langsung berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD), menjadi sumber dana yang mendukung pembangunan Kota Solo.
Kehadiran Gibran dalam pawai tersebut tidak hanya berdampak positif bagi PAD, tetapi juga menggambarkan kesederhanaan dan keterhubungannya dengan masyarakat. Ia bahkan mengajak putra sulungnya, Jan Ethes, yang mengenakan seragam TNI AD, menunjukkan pentingnya nilai-nilai patriotisme dan dedikasi pada bangsa.
Konsep Pawai Pembangunan Kota Solo yang dikembangkan oleh para peserta mendapat apresiasi yang tinggi dari Wali Kota. Dalam hal ini, Gibran mengutarakan bahwa pawai ini mengandung pesan mendalam. Peserta pawai mengambil peran masing-masing dalam menggambarkan perkembangan dan prioritas pembangunan yang telah dicapai dalam kepemimpinannya.
Tak hanya Gibran yang menjadi pusat perhatian, Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa, juga turut memeriahkan pawai dengan mengenakan kostum yang mengingatkan pada penampilan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Keberanian untuk tampil beda ini memperlihatkan semangat dan penghargaan terhadap sejarah perjuangan bangsa.
Keduanya menaiki kendaraan taktis yang bergerak dari depan kantor Dinas Sosial hingga perempatan Ngarsopuro. Jalur yang dilewati dipenuhi dengan sorak sorai dan tepuk tangan meriah dari masyarakat yang terkesima dengan semangat dan semarak pawai ini.
Pawai tahun ini memiliki makna lebih dalam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebanyak 17 titik prioritas pembangunan di Kota Solo selama kepemimpinan Gibran ditampilkan dengan bangga dalam pawai. Ini merupakan cara efektif untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat bahwa setiap proyek pembangunan yang dilakukan telah berhasil terealisasi satu per satu.
Pembangunan di Kota Solo, menurut Gibran, telah memberikan dampak positif yang nyata bagi perekonomian masyarakat. Proyek-proyek seperti Masjid Raya Sheikh Zayed dan Lokananta, bukan hanya sekadar bangunan fisik, tetapi juga melahirkan efek berlipat ganda bagi ekonomi masyarakat sekitar.
Puncaknya adalah saat Gibran berbicara tentang 17 titik prioritas pembangunan yang terpampang megah dalam pawai kemerdekaan. Dari Masjid Raya Sheikh Zayed yang megah hingga Keraton Kasunanan yang sarat sejarah, masing-masing titik mencerminkan dedikasi dan kerja keras Gibran dalam mewujudkan mimpi bersama masyarakat Solo.
Melalui Pawai Pembangunan Kota Solo yang memukau ini, Wali Kota Gibran Rakabuming Raka mengambil peran sentral dalam menginspirasi dan menyatukan masyarakatnya. Dalam setiap langkahnya, tergambar tekad dan semangat untuk membawa kota ini menuju masa depan yang lebih gemilang.
