Menjelang buka puasa, masyarakat sekitar Solo beramai-ramai mengantre di Masjid Darussalam untuk mendapatkan kuliner khas bulan Ramadan, yakni bubur samin. Masjid Darussalam berlokasi di Jayengan, Serengan, Solo. Bubur samin disiapkan setidaknya 1.200 porsi serta dibagikan secara gratis kepada masyarakat dan untuk takjil di masjid.
Bubur samin terbuat dari beras, daging sapi, rempah, dan santan yang diolah dengan minyak samin. Bubur ini memiliki cita rasa yang gurih, rempah-rempah kuat, dan warna kekuningan. Sejumlah penggemar bubur samin merupakan warga luar kota.
Bahan utama pembuatan bubur samin adalah beras. Sebanyak 45 kilogram beras diolah setiap hari. Biasanya, beras mulai diolah setelah zuhur. Kemudian beragam sayuran seperti loncang, bawang bombai, wortel, seledri, dan rempah-rempah ditambahkan. Juru masak di Masjid Darussalam memiliki racikan tersendiri dalam pembuatan bubur samin, sehingga rasanya khas.
Pembagian takjil bubur samin ini merupakan tradisi tahunan yang digelar setiap menjelang buka puasa. Dahulu, bubur samin bisa dinikmati oleh kalangan internal. Sekitar tahun 1985, bubur samin mulai dibagikan kepada masyarakat setiap bulan Ramadan. Tradisi ini diinisiasi oleh komunitas warga keturunan Banjarmasin yang berada di kota Solo. Mulanya jumlah beras yang diolah setiap hari sekitar 15 kilogram. Semakin lama, semakin bertambah jumlah beras yang diolah.
Penggemar bubur samin tidak hanya masyarakat Solo, namun dari berbagai kota. Masyarakat yang datang membawa rantang atau mangkuk dan mengantre setelah asar.