Gerakan Membaca 2017 diluncurkan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta. Sejumlah program kegiatan bakal digelar secara berkala untuk meningkatkan minat baca buku utamanya di kalangan pelajar. Selain safari baca buku ke sekolah-sekolah, Gerakan Membaca juga dilakukan di tempat-tempat publik seperti area Car Free Day.
Harapannya dengan Gerakan Membaca yang diantaranya juga dengan mengadakan safari membaca ke sekolah-sekolah dan mengadakan kegiatan di SCFD ini akan mampu mengetuk hati masyarakat untuk kembali membaca buku. “Itu budaya yang kita ingin bangun,” Kepala Seksi Pelayanan Perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta, Arif Muttaqin, Minggu (19/2/2017).
Di area Solo Car Free Day, Dinas Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta menggelar pameran koleksi buku yang disusun secara tematik. Pada bulan Februari ini, koleksi-koleksi novel milik perpustakaan daerah yang sengaja dibawa dan dipajang di area CFD. “Secara khusus memang disusun jadwal disesuaikan dengan momentum tertentu,” tambah Arif.
Jika di bulan Februari kampanye Gerakan Membaca Buku diberi tajuk Cinta Buku dengan menghadirkan koleksi novel, di bulan Mei mendatang akan bertema tentang kesejarahan. Hal itu dikarenakan pada bulan Mei, ada momentum hari Kebangkitan Nasional. Sementara di bulan Juli yang salah satu harinya ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional, buku yang dipajang adalah buku-buku cerita anak.
Minat baca masyarakat Kota Surakarta yang terbilang masih sangat rendah. Jika kunjungan ke perpustakaan daerah menjadi tolak ukur, dalam satu tahun terakhir ini hanya ada 16.000 pengunjung. Meski naik hampir 3.000-an dari tahun 2015 namun jumlah ini masih sangat sedikit, di bawah 50 pengunjung. Wali Kota FX Hadi Rudyatmo bahkan mempertanyakan tujuan pengunjung ke perpustakaan daerah. “Jangan-jangan ke sana bukan untuk baca buku tapi karena alasan lain,” ujarnya.
Menurut Arief, selain memajang koleksi perpustakaan daerah, di car free day juga dilayani peminjaman buku. Mobil perpustakaan keliling turut dibawa. Sementara kegiatan safari baca buku juga dilakukan ke sekolah-sekolah. Arief mengatakan safari baca buku ke sekolah juga sedikit banyak mengenalkan keberadaan perpustakaan daerah ke kalangan pelajar.
Minat baca di kalangan anak-anak sekolah sebenarnya masih terbilang cukup tinggi karena hampir 80 persen pengakses perpustakaan daerah adalah anak sekolah dan mahasiswa. Namun ada kekhawatiran, minat baca anak sekolah tersebut akan semakin tergerus jika dari kalangan orang tua tidak memberikan teladan. Jika orang tuanya tidak suka membaca, sulit bagi anak untuk ikut gemar membaca,” kata Arief. (***)
