Rumah tradisional itu dibangun di tanah seluas 6.666 meter persegi seperti jumlah ayat dalam kitab suci Alquran. Konon, tanah itu dibeli oleh Paku Buwono (PB) II pada 1745 seharga 10.000 keping emas. Rumah itu kini sudah berusia sekitar 250 tahun. Usia bangunan yang tak lagi muda itu membuatnya masuk kategori heritage atau warisan cagar budaya. Ndalem Mloyokusuman milik putra PB IX bernama GPH Mloyokusumo. Dia adalah adik PB X, namun dari lain ibu. Dia adalah seorang empu atau pembuat keris yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Sampai sekarang, bekas bangunan yang biasa digunakan untuk menempa keris masih bisa ditemukan di belakang rumah sebelah kanan dengan kondisi yang tidak terawat. Ndalem Mloyokusuman memiliki empat ciri khas seperti pendapa, pringgitan, ndalem dan gandok bisa ditemukan di rumah ini. Salah satu hal yang membuat Ndalem Mloyokusuman terasa istimewa adalah adanya makam Ki Gede Sala yang berlokasi di belakang rumah sebelah kiri.
Ki Gede Sala selama ini dikenal sebagai cikal bakal pendiri wilayah bernama Sala yang kini disebut Solo. Setahun sekali, Makam Ki Gede Sala selalu diziarahi jajaran Pemerintah Kota Solo dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Solo.
Ndalem Mloyokusuman, Tempat Makam Ki Gede Sala Berada
June 6, 2017 15:59
novita rusdiyana
[yarpp]