Benteng Vastenberg terlihat ramai dan meriah pada Sabtu malam (6/5). Suara bonang yang menggema memecah keheningan saat Wali kota Surakarta dan jajarannya membuka Solo Festival Gamelan (SFG) 2017.
Dalam pidatonya, Wakil wali kota menyampaikan pesan penting bahwa gamelan adalah salah satu seni musik tradisional yang juga digemari di mancanegara, di Asia, Eropa, Amerika. Karena itu, Beliau mengapresiasi kegiatan “Solo Gamelan Festival” yang sudah diselenggarakan ke 4 kalinya ini.
“Karena tidak hanya memberikan wadah untuk menampung kreativitas dari pengiat seni musik tradisional gamelan di Kota Surakarta, namun juga turut nguri-uri budaya kita”, imbuhnya.
Pemerintah Kota Surakarta mengharapkan dengan kegiatan ini masyarakat dapat lebih mencintai budayanya tradisi, warisan nenek moyang, dan lebih mengenal gamelan sebagai akar budayanya.
Di acara inti, SGF 2017 menampilkan dua komposer ternama ; Dwi Priyo Sumarto dan Lukas Danasmoro yang nampak beradu komposisi musik gamelan. Seniman senior itu membawakan gending tentang kebhinekaan dan persatuan bangsa Indonesia yang juga menjadi tema utama festival ini.
Dwi Priyo membawakan gending Sigrak Sanggit, Akulah Indonesia dan Manunggal. Sedangkan Lukas Danasmoro membawakan gending Nyanyian Negeri, Sangkakala dan Indonesia Jaya. Beberapa komposisi lagu dimainkan secara kontemporer, dipadukan dengan alat musik modern, seperti terompet, biola dan perkusi.
Selain dua komposer tersebut, yang spesial di SGF tahun ini adalah tampilnya perwakilan komunitas gamelan dari 5 kecamatan di Surakarta. Mereka unjuk kebolehan memainkan gending yang tak kalah indahnya.
Ya, gamelan adalah warisan budaya Jawa, dan telah menjadi jati diri “Wong Solo”, oleh karenanya SGF diharapkan dapat menjadi sarana efektif masyarakat dalam merawat dan memajukan kesenian gamelan di masa mendatang. Semoga.
[video_embed video=”jDP9yBaVkXc” parameters=”” mp4=”” ogv=”” placeholder=”” html5_parameters=”” width=”700″ height=”400″]