Solo — International Gamelan Festival 2018 resmi ditutup di Pendapi Gedhe Balaik Kota, Kamis (16/08) malam. Didampingi Wakil Walikota, Direktur IGF, dan ketua panitia, Walikota memukul alat musik kenong tanda festival gamelan bertajuk Homecoming ini berakhir.
Diawali dengan penampilan Gamelan Salukat Dewa Alit (Denpasar), lalu Sean Hayward (USA) dan Ananda Suparlan (Jakarta), closing ceremony IGF 2018 berlangsung meriah dengan acara puncak yaitu awarding.
“terima kasih kepada kolega-kolega saya dari seluruh dunia. Dengan berkolaborasi kesenian tentu menciptakan semangat kerjasama, bertoleransi, saling mengerti, saling memahami. Ini sangat bermanfaat bagi perdamaian dunia” ucap Direktur IGF Rahayu Supanggah, yang juga mendapat Lifetime Achievement Award.
Festival gamelan yang berlangsung pada 9-16 Agustus ini telah melibatkan setidaknya 9.700 penggiat gamelan baik dari Indonesia maupun mancanegara. Rahayu berharap hal ini dapat memicu rasa toleransi atas perbedaan, juga semangat perdamaian di dunia.
Walikota Solo, Fx. Hadi Rudyatmo mengatakan bahwa setelah deklarasi Orkestra Gamelan Nusantara, pemerintah dibantu ISI Surakarta akan mengumpulkan para penggiat gamelan di Solo. Dengan begitu, mereka dapat lebih mengembangkan gamelan dalam satu wadah yaitu orkestra.
“Solo telah dicanangkan sebagai rumah gamelan. Kemarin juga sudah dideklarasikan Orkestra Gamelan Nusantara. Mudah-mudahan dari anak usia dini hingga orang tua dapat mencintai warisan budaya bangsa Indonesia, yaitu berupa gamelan.” ucap Walikota Solo yang akrab disapa Rudy.
Rudy menargetkan sebelum masa jabatannya berakhir, seluruh kelurahan di Solo harus memiliki gamelan slendro pelog. Hingga kini sudah mencapai 36 kelurahan, dan rencananya 2-3 tahun lagi akan lengkap di 54 kelurahan.
“semoga gamelan tetap lestari dan dapat diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia yang berasal dari Solo.” tambah Rudy.