Jum’at (20/10/2018) Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta bekerjasama dengan Yayasan Wayang Kautaman Jakarta menggelar wayang orang dengan lakon SMARATAPA di gedung Teater Besar ISI Surakarta yang dimulai pada pukul 19.00 WIB.
Pagelaran ini merupakan karya tahunan yang telah digelar empat kali berturut-turut, sebelumnya Yudakala Tresna tahun 2015, Sotya Gandhewa tahun 2016 dan Abimanyu Mandira Sungsang pada tahun 2017. SMARATAPA adalah sebuah tafsir atas epos Ramayana yang mengisahkan penculikan Dewi Sinta oleh Dasamuka di Hutan Dandaka serta perjuangan Prabu Ramawijaya untuk membebaskan Dewi Sinta. Pertunjukan ini didukung perpaduan lighting dan multimedia untuk membangun suasana pertunjukan yang berkesan.
SMARATAPA disutradarai oleh Nanang Hape dan diproduseri oleh Ira Surono. Didukung oleh lakon Achmad Dipoyono sebagai Dasamuka, Ali Marsudi sebagai Prabu Ramawijaya, Fitria Trisna Murti sebagai Dewi Sinta dan masih banyak lagi.
Pada kesempatan ini Rektor ISI Surakarta, Dr. Guntur, M.Hum. menyampaikan bahwa pagelaran wayang orang ini diharapkan menjadi ruang bagi kita untuk membangun dan menegaskan salah satu komitmen ISI Surakarta dalam mengembangkan dan melestarikan seni-seni yang ada di masyarakat. “Kami percaya, potensi tanpa disertai sinergitas maka hasilnya akan kurang optimal. Kesenian menjadi stabilisasi terhadap masing-masing individu yang memiliki perbedaan. Karena melalui perbedaan inilah, dengan seni hidup akan menjadi indah,” tegas Rektor ISI Surakarta.
Acara ini dihadiri oleh pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta, pejabat di lingkungan ISI Surakarta, civitas akadmik, seniman dan budayawan serta empu karawitan seperti empu Qirun dan empu Santoso Dolah.