Budaya yang kini semakin penting untuk dilestarikan terlebih dengan tingginya gempuran budaya dari luar yang semakin mudah memasuki generasi penerus, tentu perlu diantisipasi dengan pelestarian budaya yang diterapkan mulai dari bangku sekolah. Dengan Predikat Kota Budaya, Kota Solo harus mulai menyoroti  masalah ini dan melakukan pencegahan dengan melakukan pelestarian budaya lewat Sekolah Adipangastuti. Terdapat lima sekolah di wilayah Solo dan sekitarnya yang dikukuhkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai Sekolah Adipangastuti percontohan sejak 17 Desember 2020 lalu. Program Sekolah ini adalah upaya pelestarian perilaku baik yang berasal dari masyarakat Jawa atau biasa disebut dengan astha laku.

         Lima sekolah yang menjadi percontohan Sekolah Adipangastuti yang digagas oleh Solo Bersimfoni yaitu SMA Negeri 1 Solo, SMA Negeri 6 Solo, SMA Negeri 1 Kartasura (Sukoharjo), SMA Negeri 3 Sragen, dan SMA Negeri 1 Gemolong (Sragen). Implementasi astha laku atau yang berarti delapan perilaku baik mulia yang berasal dari budaya Jawa ini terdiri dari gotong royong, guyub rukun, grapyak semanak, lembah manah, ewuh perkewuh, pangerten, andhap asor, dan tepa slira. Kedelapan nilai baik ini dikatakan oleh Ketua Bersimfoni, M. Farid Sunarto, dimaksudkan agar generasi muda di era milenial ini tetap berpegang teguh pada nilai baik yang kemudian dikawinkan dengan digitalisasi dan literasi dan juga pendekatan teknologi yang diterapkan di sekolah-sekolah percontohan tadi.

         Bentuk implementasi dari perkawinan antara budaya dengan teknologi yang ada yaitu dengan memberikan pelatihan dan pendampingan berbagai kegiatan yang berakar pada astha laku yang kemudian dimanifestasikan oleh para siswa dengan berbagai karya seperti film pendek, konten media sosial, dan lain sebagainya. Dengan upaya ini, pelestarian budaya melalui agen sosialisasi kedua setelah keluarga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang cerdas akal dan budinya.