Kemunculan pandemi Covid-19 yang sudah mewabah selama 2 tahun telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat. Mulai dari pendidikan, pekerjaaan, hingga hal-hal berkaitan dengan wisata. Salah satu trend pariwisata yang berkembang pesat selama pandemi adalah sport tourism. 

Secara general, sport tourism adalah kegiatan olahraga di alam terbuka yang dilakukan sekaligus untuk memperkenalkan objek wisata di daerah tertentu. Dalam merespon kemunculan sport tourism, Kota Solo juga tidak mau ketinggalan dan turun mendukung perencanaan trend wisata tersebut. Apalagi menurut Gibran sport tourism bisa memajukan generasi muda di Solo, sekaligus juga memajukan olahraga di kota batik tersebut. 

Untuk penggemar jogging bisa mengunjungi Stadion Manahan, Taman Monumen 45 Banjarsari, Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Taman Balekambang.

Bagi kaum bikers alias yang hobi gowes bisa melewati 3 rute sepedaan di Kota Solo. Pertama, rute sejarah yang akan melewati Keraton Solo, Benteng Vastenburg, Pasar Gede, Bunker Tua Balai Kota, dan Pura Mangkunegaran. 

Kedua, ada rute taman yang akan melewati Taman Banjarsari, Stadion Manahan, Lapangan Kottabarat, Taman Sriwedari, dan Loji Gandrung. Terakhir, ada rute kriya yang akan melewati Kampung Blangkon, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, dan berakhir di Museum Batik Danar Hadi. 

Ini juga salah satu faktor pendorong kota Solo dipilih sebagai tuan rumah kejuaraan Asean Para Games ke-11 tahun 2022. Karena selain banyak sport tourism, Solo juga merupakan kota ramah difabel yang menyediakan banyak fasilitas untuk penyandang disabilitas seperti guiding block, parkir khusus difabel, jalur khusus kursi roda, bus ramah difabel, dan berbagai fasilitas lain. 

Hal ini dilakukan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, termasuk hak untuk berwisata dan berolahraga.