Pemerintah Kota Surakarta
Mengenal Tarian Tradisional Khas Surakarta
  April 22, 2022 10:44

Indonesia memiliki beragam kebudayaan di setiap daerah, salah satunya seni tari. Kesenian ini merupakan suatu gabungan antara gerak dan lagu yang ditampilkan dalam bentuk pertunjukkan dengan tujuan sebagai sarana hiburan. Gerakan tari yang dihasilkan biasanya mengandung nilai-nilai filosofis khusus. Beberapa diantaranya bahkan memuat unsur magis dan sakral. Oleh karena itu, tarian juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan.

Meskipun budaya yang sama, namun beberapa daerah punya ciri khas pada seni tari yang dimilikinya. Seperti di Surakarta dan Yogyakarta, perbedaan yang terlihat ada pada unsur karakteristiknya. Tari Gaya Surakarta terdapat delapan karakter penting penunjang seni tari, diantaranya pancat, pacak, ulat, luwe, lulus, wirama, wilet dan gending. Sementara, tarian Yogyakarta mempunyai tujuh karakter penting, yaitu  wirama, wiraga, wirasa, greget, sawiji, ora mingkuh, serta sengguh. Perbedaan yang lebih mendalam ada pada ekspresi dan tema yang dibawakan. Jika mayoritas Tari Gaya Surakarta memuat tema romantis dan sedikit sensual, tetapi kesan elegan tetap ditonjolkan. Sedangkan, tarian Yogyakarta umumnya lebih menampilkan karakter kepahlawanan, serta alur ceritanya dipenuhi dengan konflik. Kostum Tari Gaya Surakarta pun lebih mewah dan mencolok, daripada tarian Yogyakarta. Selain itu, gamelan yang digunakan pada Tari Gaya Surakarta cenderung lebih halus untuk menjaga keaslian larasnya. Berbeda dengan tarian Yogyakarta yang diiringi dengan variasi laras gendhing lebih banyak.

Kesenian tari sudah eksis sejak zaman kerajaan. Pakem yang berkembang pun mengikuti aturan dari keraton. Misalnya tarian yang khusus ditarikan di lingkungan kerajaan memiliki standar tertentu, rumit, halus, dan memuat makna simbolis. Hal ini tentu sangat berbeda dengan tarian rakyat yang umumnya bersifat spontan dan sederhana. Berlaku juga di Kota Surakarta, yang mana memiliki pusat kesenian tari, yakni di Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran. 

Adapun beberapa tari tradisional yang berasal dari Surakarta, diantaranya Tari Bedhaya Ketawang. Tarian ini diciptakan pada masa kejayaan raja Mataram ketiga, yaitu Sultan Agung (1613-1646). Penciptaannya pun tak bisa dilepaskan dari latar belakang adanya mitos percintaan antara raja Mataram pertama, Panembahan Senopati, dengan Dewi Laut Selatan, bernama Ratu Kencanasari, yang juga disebut Kanjeng Ratu Kidul oleh masyarakat Jawa. Iringan gamelan tarian ini terdiri dari kombinasi lima instrumen, antara lain kemanak, kethuk, kenong, kendhang, dan gong serta diiringi suara dari sinden.

Kemudian, Tari Gaya Surakarta selanjutnya adalah Tari Gambyong. Secara umum, tarian ini terdiri dari tiga bagian, awal, isi, dan akhir, atau disebut juga dengan maju beksan, beksan, dan mundur. Mulanya, tarian ini digunakan sebagai upacara ritual pertanian Para penari digambarkan sebagai Dewi Kesuburan, Dewi Sri yang tujuannya untuk mendapatkan berkah dari kesuburan hasil panen. Seiring berkembangnya zaman, kini Tari Gambyong digunakan untuk menyambut tamu atau sebagai upacara peringatan hari besar dan pernikahan. 

Tari tradisional lainnya yang berasal dari Kota Surakarta adalah Tari Serimpi. Dalam pertunjukan, Tari Serimpi dibawakan oleh empat penari putri, yang masing-masing mendapat sebutan air, api, bumi, dan tanah. Gerakannya gemulai untuk menyampaikan rasa kesopanan, kehalusan budi, serta kelemahlembutan. Iringan musiknya menggunakan gabungan suara, dari tembang-tembang yang dinyanyikan oleh sinden. 

Berbagai kebudayaan daerah, seperti tari tradisional sudah selayaknya dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Sebab, ini merupakan hasil karya serta warisan turun-temurun yang menjadi aset berharga bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

3

Visitors today

2

Visits total

425,860

Visitors total

330,982

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta