Kerata basa adalah salah satu contoh ragam bahasa Jawa, kerata basa merupakan akronim, tetapi penyusunannya tidak menggunakan kaidah. Dalam kerata basa suku kata depan atau belakang bisa dicampur aduk, yang penting dalam akronim tersebut memberi makna yang sama bagi sebuah kata. Dalam kerata basa biasanya terdapat makna dari kata yang diungkapkan. Makna kata yang diungkapkan dapat berupa pesan yang ingin disampaikan dari singkatan tersebut ataupun sekedar singkatan biasa (tidak terkandung pesan).

Berikut ini contoh kerata basa :

Anak , ‘karep apa-apa kudu ana lan enak’. Maksud dari kalimat karep apa-apa kudu ana lan enak bila di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia bermakna “bisa niat atau menginginkan sesuatu, segalanya harus ada dan harus enak”. Hal itu sama seperti sifat seorang  anak kepada orang tuanya yang meminta sesuatu hal harus dituruti (harus ada) dan bila ingin makan lau atau sayurnya harus enak. 

Sekuter, ‘sambi sedheku mlayu banter’. Maksud dari kalimat sambi sedheku mlayu banter yaitu hanya berpangku tangan tetapi jalannya cepat, seperti orang yang naik motor  matik yang tidak perlu repot seperti naik motor bebek atau motor kopling. 

Bapak, ;bab apa-apa pepak’. Maksud dari kalimat bab apa-apa pepak yaitu pengalaman bapak atau ayah yang banyak dan lengkap, hal tersebut dapat menjadi pelajaran atau pengalaman yang baik untuk diceritakan kepada anak-anaknya. 

Itu tadi beberapa contoh dari kerata basa. Kerata basa dalam bahasa Jawa banyak mengandung makna yang berbeda-beda yang perlu diketahui oleh masyarakat luas, tidak hanya masyarakat Jawa saja. Saat ini kerata basa sudah mulai pudar, bahkan di tempat asalnya sendiri yaitu Jawa. Orang Jawa sering menyebut hal tersebut dengan ungkapan “wong Jawa ilang Jawane”. Yuk, lertasikan kebudayan asli dari Indonesia, agar tidak hilang dan dapat terus diwariskan untuk generasi mendatang