
Kota Solo terkenal akan kebudayaannya. Hal ini disebabkan adanya dua kerajaan yang pernah mendiami Kota Solo dan berjaya di pada masanya. Dua kerajaan tersebut yaitu Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran.
Munculnya dua kerajaan ini, awalnya dikarenakan perebutan sebuah tahta antar anggota keluarga kerajaan. Dengan adanya perebutan tahta tersebut, maka muncul Perjanjian Salatiga yang memprakarsai berdirinya Pura Mangkunegaran.
Pura Mangkunegaran sendiri didirikan oleh Raden Mas Said pada tahun 1757 setelah menandatangani Perjanjian Salatiga. Yang kemudian Raden Mas Said dijadikan sebagai pemegang tahta pertama, dengan gelar KGPAA Mangkunegara I, dan berkedudukan di Pura Mangkunegaran.
KGPAA Mangkunegara I memiliki keahlian dibidang seni karawitan dan ahli dalam memukul gamelan. Hal itulah yang kemudian pada setiap hari kelahiran Mangkunegara I diadakan sebuah perayaan, yang menyelenggarakan berbagai macam pertunjukkan seperti seni tari, wayang kulit dan wayang orang.
Kecintaan Mangkunegaran I pada bidang kesenian mendorongnya untuk menghimpun dan membentuk kelompok-kelompok seniman, yang terdiri dari seniman wayang, seniman tari, dan seniman pengrawit. Kemudian hal itulah yang kemudian melahirkan beragam macam kesenian jawa tumbuh di Pura Mangkunegaran, yang kemudian membuat Pura Mangkunegaran menjadi pusat kesenian Jawa.
Salah satu karya seni yang lahir pada masa Mangkunegara I yaitu kesenian wayang orang. Pada masa itu, pemain wayang orang hanya terbatas pada abdi dalem saja. Wayang orang dipentaskan secara terbatas dan hanya bisa dinikmati oleh kerabat dan punggawa saja. Namun, seiring berkembangnya waktu, kini wayang orang bisa dinikmati oleh masyarakat luas, dan tidak terbatas pada keluarga kerajaan saja.
Karya-karya lain yang diciptakan oleh Mangkunegara I antara lain berupa gamelan Kyai Udan Riris (slendro), Kyai Udan Arum, (pelog), Kyai Kanyut (slendro), dan Kyai Mesem (pelog), gong Kyai Angun-angun, gamelan Kyai Pamedharsih (kodok-ngorek), gamelan Monggang Pakurmatan Kya Segarwindu, gamelan Kyai Tambahoneng (slendro, pelog), dan Kyai Galaganjur (bendhe perang).
Karya-karya seni ciptaan Mangkunegara I tersebut masih terjaga hingga sekarang. Kesenian-kesenian tersebut masih aktif dipentaskan baik di Pura Mangkunegaran sendiri maupun di tempat lain, seperti kesenian wayang orang yang ada di Sriwedari. Karya-karya seni tersebut memiliki nilai yang tinggi sehingga perlu kita lestarikan keberadaanya. Dengan tetap mencintai kesenian daerah dan ikut berpartisipasi dalam mendukung kesenian daerah, merupakan wujud melestarikan kebudayaan yang bisa kita lakukan di masa sekarang ini.