Pemerintah Kota Surakarta
Sejarah Gedung Djoeang
  November 22, 2022 12:30

Gedung Djoeang, sebuah bangunan yang terletak di Pasar Kliwon, Kota Surakarta ini memiliki kisah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 silam. Bangunan ini didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1876 dan selesai dibangun pada tahun 1880. 

 

Di dalam kompleks Gedung Djoeang juga terdapat sebuah monumen bernama Monumen Laskar Putri Surakarta, yang dibangun sebagai penanda sejarah keikutsertaan kaum wanita dalam perjuangan serangan 4 hari di tanggal 7-11 Agustus 1945. Sebuah gedung yang dimiliki oleh Kementerian Pertahanan itu kini telah terdaftar sebagai daftar bangunan cagar budaya di Kota Solo. 

 

Gedung Djoeang memiliki fungsi yang berbeda-beda setiap tahunnya. Meskipun begitu, gedung tersebut tak luput dari cerita sejarah dan menjadi saksi bisu dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Berikut cerita sejarah dibalik megahnya Gedung Djoeang yang berdiri kokoh di tengah-tengah Kota Solo. 

 

Tahun 1876 – 1880, zaman pembangunan. Gedung Djoeang dibangun pada tahun 1876 dan selesai dibangun pada tahun 1880 oleh Pemerintahan Hindia Belanda. 

 

1880 – 1942, zaman penjajahan Belanda. Pada awalnya gedung ini dijadikan sebagai fasilitas pelayanan bagi tentara Belanda dan diberi nama cantienstraat yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti jalan kantin. Kantin ini digunakan sebagai kantin VIP, yang hanya diperuntukkan oleh tentara Belanda yang memiliki pangkat tinggi. Selain itu karena letaknya yang berdekatan dengan Benteng Vastenburg, gedung ini juga difungsikan sebagai klinik untuk para tentara Belanda pada masa itu. Seiring berjalannya waktu, gedung tersebut kemudian dijadikan sebagai asrama militer yang digunakan oleh para tentara Belanda. Hal ini dikarenakan pada awal abad 20 Benteng Vastenburg tidak lagi mampu menampung para tentara Belanda. 

 

1942-1945, zaman penjajahan Jepang. Di Masa pendudukan Jepang, Gedung Djoeang tersebut sempat dikuasai oleh pasukan Nipon dengan sebutan Senkokan. Pasukan Jepang yang menyebut dirinya dengan Senkokan menggunakan Gedung Djoeang sebagai markas dan barak militer. Namun, setelah tiga tahun berselang, gedung tersebut berhasil direbut oleh pejuang-pejuang Indonesia yang tergabung dalam resimen-resimen. Peristiwa tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya Brigif 6 dengan nama Resimen 26 pada masa perang kemerdekaan.

 

1945, zaman kemerdekaan.  Setelah berhasil direbut kembali pada masa kemerdekaan, awal mulanya Gedung Djoeang tersebut digunakan sebagai kegiatan kemanusiaan yang kemudian menjadi panti asuhan bagi anak-anak korban perang.

 

1945-1949, digunakan sebagai fasilitas pendidikan. Kemudian pada tahun 1945-1949, gedung ini digunakan untuk fasilitas pendidikan. Tercatat penyelenggara pendidikan yang pernah menggunakan bangunan ini adalah SPK, SMPN 3 dan SMPN 5.

 

1949-1980, dijadikan sebagai markas militer dan pusat Brigade Infanteri 6. Gedung peninggalan kolonial Belanda tersebut digunakan sebagai markas militer kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak tahun 1949. Pada perkembangannya antara tahun 1970 hingga 1980-an, Gedung Djoeang ini digunakan sebagai tempat pelatihan keprajuritan dan pusat Brigif (Brigade Infanteri) 6 Trisakti Baladaya Kostrad untuk wilayah Karesidenan Surakarta.

 

1980-2019, dijadikan sebagai gedung Dewan Harian Cabang (DHC) Solo. Setelah brigif (Brigade Infanteri) 6 yang kemudian pindah ke Palur, pada tahun 1980-an Gedung Djoeang digunakan sebagai kantor pengurus DHC’45 (Dewan Harian Cabang). Badan Penggerak Pembudayaan Jiwa Semangat dan Nilai-nilai Kejuangan 45 Kota Surakarta, atau yang biasa disebut Gedung DHC 45 Kota Surakarta. DHC 45 merupakan salah satu perkumpulan yang dibentuk secara resmi dan diakui oleh pemerintah dari para veteran Perang Kemerdekaan Indonesia untuk menghimpun semua para pensiunan atau veteran perang yang ada dan tinggal di wilayah Surakarta.

 

Itulah cerita perkembangan sejarah yang dimiliki oleh Gedung Djoeang ‘45 Solo. Meskipun sudah termakan usia, gedung tersebut masih berdiri kokoh hingga sekarang ini. Seiring perkembangan jaman, Gedung Djoeang ini kini menjadi sebuah objek wisata yang sering dikunjungi oleh para turis yang berasal dari luar daerah. Selain itu, gedung ini juga merupakan ikon kebangaan dari Kota Solo.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

0

Visitors today

0

Visits total

425,383

Visitors total

330,699

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta