Pemerintah Kota Surakarta
Gasing, Mainan Tradisional Anak-anak yang Memiliki Sebutan Berbeda di Berbagai Daerah Indonesia
  February 23, 2023 12:30

Mainan tradisional anak-anak kampung, tak lagi mudah ditemui. Meski demikian, beberapa penjual mainan tradisional masih sering dijumpai, salah satunya penjual gasing atau gasingan.

Gasing merupakan mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing termasuk, mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Tidak hanya anak-anak yang menyukai mainan tersebut, melainkan orang dewasa juga ikut memainkannya.

Anak-anak kampung atau desa, sering memainkannya. Dimainkan dengan cara  melilitkan tali ke leher gasing, lalu ayunkan gasing tersebut ke arah tanah atau ke tempat arena dan lepaskan tali dengan cepat. Gasing akan berputar. Pada permainan ini biasa terdapat aturan bagi gasing yang mampu berputar paling lama maka itulah pemenangnya. 

Mainan ini biasanya terbuat dari bahan bambu, kayu atau bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah. 

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional nusantara. Di wilayah Kepulauan Tujuh (Natuna), Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an. 

Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun berkelompok dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan dan peraturan di daerah masing-masing. 

Gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Riau rutin menyelenggarakan kompetisi. Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam. 

Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamainya pukang. 

Orang Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusa Tenggara Barat dinamai Maggasing. 

Sementara masyarakat Jambi, Bengkulu, Sumatra Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut gasing. Nama maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Di daerah Lombok disebut gansing. Sedangkan masyarakat Bolaang Mongondow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. 

Warga Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon. Di Solo, permainan ini kerap disebut gangsing, gangsingan atau gasing. 

Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran dan bagian gasing berbeda-beda menurut daerah masing-masing. 

Gasing di Ambon (apiong) memiliki kepala dan leher. Namun umumnya, gasing di Jakarta dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam. Sementara paksi gasing Natuna, tidak tampak. 

Gasing dapat dibedakan menjadi gasing adu bunyi, adu putar dan adu pukul. Cara memainkan gasing, tidaklah sulit. Yang penting, pemain gasing tidak boleh ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah. 

Gasing dipegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali. Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasin, lilit kuat sambil berputar. Lempar gasing ke tanah. 

Gasing yang dilempar akan berputar untuk beberapa saat hingga interaksi kakinya dengan permukaan tanah membuatnya tegak lalu berputar untuk beberapa waktu. Lama-lama putaran semakin memelan dan momentum sudut dan efek giroskopik berkurang, hingga akhirnya badan gasing jatuh ke permukaan tanah.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

23

Visitors today

14

Visits total

425,492

Visitors total

330,759

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta