Pelajar yang belum cukup umur menggunakan kendaraan sendiri atau belum memiliki SIM diminta untuk beralih menggunakan Batik Solo Trans (BST). Unit Pelaksana Teknis (UPT) Transportasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta berjanji akan memfasilitasi para pelajar yang akan memanfaatkan BST. Salah satunya adalah dengan mengadakan sosialisasi penggunaan moda transportasi massal tersebut.
Menurut Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Transportasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Yulianto Nugroho, pihaknya tengah mengencarkan sosiliasi pemanfaatan BST ke kalangan pelajar. Dikatakannya, sejumlah sekolah didatangi agar para pelajar paham seluk beluk transportasi massal yang ada di Surakarta, termasuk penggunaannya.
“Dengan sekolah-sekolah kami membangun MoU (memorandum of understanding). Sosialisasi kami lakukan sebagai bagian dari edukasi kepada pelajar khususnya yang belum memiliki SIM, agar mau beralih menggunakan transportasi umum,” ujarnya.
Beberapa sekolah yang mendapatkan sosialisasi pemanfaatan BST adalah SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 16 Surakarta. Ratusan siswa yang terlibat dalam kegiatan ini terlihat sangat atusias mengikuti kegiatan tersebut
Kepala Dinas Perhubungan Hari Prihanto langsung memimpin sendiri kegiatan sosialisasi tersebut dengan mengajak agar siswa memanfaatkan BST dan angkot Feeder sebagai angkutan umum. Sebab dengan tarif yang terjangkau, dengan fasilitas yang sudah AC akan menjadikan perjalanan pulang pergi sekolah akan terasa aman dan nyaman.
Para pelajar ini juga diajak menikmati perjalanan keliling Kota Surakarta dengan menumpang BST dan angkot feeder. Mereka dibiarkan merasakan langsung kenyamanan dan keamanan transportasi massal di Kota Surakarta tersebut. Para siswa juga dibekali brosur yang berisikan peta rute koridor BST dan angkotan feeder.
Menurut Yulianto, sosialisasi dan edukasi mengenai pemanfaatan BST akan terus dilakukan dengan menyasar berbagai tingkatan sekolahan. Dalam jadwal yag sudah terkonfimasi, sosialisasi bakal dilakukan di SMA Muhammadiyah 2, SDN 15, dan SMPN 25.
Yulianto mengatakan sosialisasi ini diharapkan dapat mengubah budaya berlalulintas khususnya tentang penggunaan sarana transportasi umum. Menurut dia, bila tak ada perubahan budaya dalam menggunakan transportasi umum, maka jalanan akan penuh sesak dan lalu lintas dipastikan tidak bertambah nyaman. Selain itu, diharapkan angka kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh pelajar dapat ditekan serendah mungkin.
Melihat antusiasme dan dukungan dari pelajar untuk turut menggunakan angkutan umum massal, Yulianto optimis akan banyak pelajar yang bakal memilih BST dan angkutan feeder daripada mengendarai sepeda motor sendiri. “Mereka belum punya SIM, resikonya cukup tinggi daripada kalau menggunakan BST,” kata dia.