Pak Wali datang, Pak Wali Datang!!! teriak ibu-ibu yang sedang berkumpul menunggu kedatangan Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo di depan gang Kampung Hepi Joho, Kelurahan Manahan. Dengan bersepeda Pak Wali pada hari Jumat (16/03) mengunjungi kampung wisata tematik ini setelah mengunjungi calon lokasi Taman Cerdas Kerten. Peluh masih membasahi kening Pak Wali namun tak sekalipun nampak keletihan di wajahnya, beliau langsung menyalami para warga yang telah menunggu kedatangannya.
Tidak sendiri, kehadiran Pak Wali hari ini ditemani oleh Wakil Wali Kota Surakarta, Achmad Purnomo dan juga jajaran OPD di lingkungan Pemkot Surakarta dalam rangka kegiatan Mider Praja. Bagi sebagian warga Solo pasti tidak asing dengan istilah Mider Praja, diambil dari kata-kata bahasa jawa yakni Mider yang berarti mengembara atau pergi kemana-mana dan Praja yang berarti negara. Secara harfiah Mider Praja dapat diartikan berkeliling negeri, dulunya ini merupakan cara bagi raja-raja jawa atau Pangreh Praja (pejabat pemerintah) untuk melihat kondisi wilayah dan memetakan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal ini sebagai wujud perhatian pemerintah kepada wong cilik.
Dengan filosofi tersebut, Pemerintah Kota Surakarta kembali menghidupkan Mider Praja. Kegiatan ini pertama kali dilakukan pada saat Presiden Joko Widodo masih menjadi Wali Kota Surakarta di periode pertama (2004-2009), kala itu F.X Hadi Rudyatmo masih menjadi wakilnya.
Mider Praja merupakan cikal-bakal munculnya istilah blusukan yang sudah identik dengan Presiden Joko Widodo sebelum menjabat RI 1. Aksi ini bisa dibilang unik, karena para pejabat Pemkot Surakarta tidak menggunakan kendaraan dinas melainkan menggunakan sepeda kayuh untuk menyusuri kampung per kampung. Alasannya sederhana, sepeda dianggap lebih leluasa digunakan untuk menyusuri gang-gang sempit yang mungkin tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, sekaligus sebagai sarana edukasi kepada masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat, berolahraga bersepeda. Selain itu sepeda merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan.
Rombongan besar selalu terlibat dalam setiap pelaksanaan Mider Praja, karena seluruh OPD baik dari tingkat Lurah, Camat, Kepala Dinas di lingkungan Pemkot Surakarta sampai dengan Sekda diwajibkan hadir untuk mengikuti acara ini. Di beberapa kesempatan, acara ini juga akan melibatkan Muspida, BUMD, atau Perbankan, contohnya saat melakukan suatu peresmian. Kegiatan ini biasa dilakukan sekali dalam sebulan setiap hari Jumat, meski terkadang bisa lebih. Sebelum berangkat, semua peserta akan berkumpul di Loji Gandrung atau Balai Kota. Kemudian semua peserta akan berangkat dari lokasi yang terdekat ke lokasi yang terjauh dari titik start.
Dalam setiap pelaksanaannya, para peserta Mider Praja rata-rata akan berhenti di 3 sampai 4 titik untuk menyapa dan memantau kondisi masyarakat secara langsung di lapangan dimulai pukul 06.00 WIB. Untuk wilayah yang akan dikunjungi, tergantung dengan permasalahan apa yang dihadapi wilayah tersebut. Jika perlu mendapatkan tinjauan dari Pak Wali, maka lokasi tersebut akan dikunjungi. Biasanya dari kelurahan, kecamatan atau OPD terkait yang akan langsung mengajukan permintaan peninjauan ke Pak Wali, kemudian akan dikoordinasikan oleh bagian pemerintahan sebelum lokasi tersebut diputuskan untuk dikunjungi, namun jika masyarakat menginginkan daerahnya untuk dikunjungi dikarenakan memang ada permasalahan disitu, maka warga bisa langsung memintanya ke Pak Wali.
Dengan acara ini warga bisa berdialog langsung dengan pemerintah tanpa ada sekat maupun birokrasi yang membatasi, bila ada permasalahan yang dihadapi warga, saat itu juga bisa melapor dan langsung ditinjau oleh Pak Wali yang akan dikoordinasikan dengan OPD terkait untuk dicarikan solusinya saat itu juga. Pemkot berharap acara ini dapat menjadi media komunikasi secara langsung kepada warga untuk mengetahui dan merasakan permasalahan di akar rumput. Dan, dengan mengajak seluruh jajaran OPD akan muncul pengertian dan pemahaman yang sama tentang pelaksanaan program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemkot.
