(0271) 2931667
email@surakarta.go.id

22-08-2025

WIB

Agnia

09-02-2025

 11:15:09 WIB
Menggali Makna Tingalan Jumenengan di Pura Mangkunegaran
Icon

Pura Mangkunegaran menyelenggarakan Tingalan Jumenengan, peringatan tahun ketiga naik tahtanya KGPAA Mangkunegara X, pada Jumat (7/2/02025).

Diselenggarakan dengan berbagai prosesi sakral, Jumenengan menjadi momen penting bagi pemimpin, keluarga keraton, abdi dalem, dan masyarakat luas untuk memperkuat legitimasi kepemimpinan serta menjaga kesinambungan budaya.

Tingalan Jumenengan berfungsi sebagai simbol keberlanjutan dan rasa syukur atas kepemimpinan di Kadipaten Mangkunegaran. Sejak diangkatnya KGPAA Mangkunegara X sebagai pemimpin, peringatan ini menegaskan bahwa kepemimpinan yang diwariskan secara turun-temurun tetap lestari dan memiliki legitimasi. 

Dalam acara ini, abdi dalem dan masyarakat menunjukkan kesetiaan serta dukungan mereka terhadap kepemimpinan Mangkunegara X. Sementara itu, pemimpin bukan sekadar pemegang kekuasaan administratif, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk menjaga keseimbangan antara kerajaan dan rakyatnya.

Acara ini memiliki aspek spiritual yang mendalam, di mana doa-doa dipanjatkan dalam upacara Wilujengan Ageng untuk memohon restu dari leluhur dan kekuatan adikodrati yang diyakini menaungi keraton. 

Salah satu aspek paling sakral dalam Tingalan Jumenengan di Mangkunegaran adalah pementasan Tari Bedhaya Anglir Mendhung. Tarian sakral ini menggambarkan keagungan kepemimpinan dan restu dari para leluhur, juga menjadi sarana komunikasi spiritual antara pemimpin dan kekuatan yang melindungi keraton.

Tingalan Jumenengan juga memperlihatkan hubungan erat antara pemimpin dan masyarakatnya. Tradisi sungkeman yang dilakukan oleh para abdi dalem dan keluarga Mangkunegaran kepada pemimpin mencerminkan nilai penghormatan serta pengakuan terhadap kepemimpinan yang bijaksana. Hal ini menegaskan bahwa pemimpin hadir bukan hanya sebagai penguasa, tetapi juga sebagai penjaga kesejahteraan rakyat.

Sebagai bagian dari prosesi, Mangkunegara X memberikan Sabda Dalem, yaitu wejangan kepada masyarakat dan abdi dalem mengenai arah kepemimpinannya. Sabda ini berisi pesan moral, spiritual, serta harapan untuk keberlangsungan Mangkunegaran. Hal ini mencerminkan peran pemimpin bukan hanya sebagai penguasa simbolik, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai budaya dan kesejahteraan rakyatnya.

Tingalan Jumenengan bukan hanya seremoni internal keraton, tetapi juga menjadi momen penting bagi masyarakat Mangkunegaran. Melalui peringatan ini, raja dan rakyat kembali terhubung dalam suatu tatanan sosial yang harmonis, mengingatkan bahwa kepemimpinan sejati berakar dari kesejahteraan rakyatnya.