24-09-2025
WIB
Agnia
12-08-2025
11:15:18 WIBSerangan Umum 4 Hari adalah peristiwa ketika rakyat Solo bersama militer melawan penjajah Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan. Serangan dilakukan dari empat penjuru kota, menandai perjuangan kolektif yang melibatkan tentara, pelajar, dan warga sipil pada 7-10 Agustus 1949.
Peringatan peristiwa heroik tersebut digelar di Balai Kota Solo pada Kamis, (7/8) yang diiikuti tokoh masyarakat, Aparatur Sipil Negara (ASN), dan Forkopimda Solo. Selain upacara resmi, dilakukan juga tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bhakti, Jurug, sebagai penghormatan kepada para pahlawan yang gugur dalam pertempuran tersebut.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menekankan bahwa serangan ini bukan sekadar aksi militer, tapi juga menunjukkan semangat dan peran aktif masyarakat serta pelajar. Menurutnya, momentum peringatan ini mengingatkan pentingnya gotong royong dan keterlibatan warga dalam pembangunan kota. Meski tidak hadir di tabur bunga karena tugas di Jakarta, Respati Ardi tetap menegaskan nilai semangat perjuangan sebagai inspirasi bagi masyarakat.
Komandan Kodim 0735/Surakarta, Letkol Inf Fictor Juradi Situmorang, menambahkan bahwa Serangan Umum 4 Hari mencerminkan tekad rakyat Solo untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia mengajak masyarakat menjadikan semangat ini sebagai inspirasi membangun kehidupan yang lebih baik, adil, dan sejahtera.
Sejarah mencatat, serangan ini dipimpin Letkol Slamet Riyadi dan Mayor Ahmadi Hadisoemarto, melibatkan sekitar 2.000 pejuang, dan berakhir dengan gencatan senjata atas perintah Presiden Soekarno pada 10 Agustus 1949. Peringatan ini menjadi pengingat bagi generasi muda tentang pentingnya nasionalisme, persatuan, dan kontribusi aktif. Solo bukan hanya kota budaya, tapi juga kota perjuangan yang lahir dari semangat gotong royong warganya.