Pemerintah Kota Surakarta
Jaburan, Tradisi Ramadan yang Masih Eksis Hingga Sekarang
  April 15, 2022 16:02

Jaburan diartikan sebagai jamuan makanan yang diberikan warga setempat ke masjid, berupa makanan kecil maupun berat. Biasanya jaburan dibagikan selama ramadan selepas salat tarawih. Tradisi ini berkembang dan menyebar di Pulau Jawa. Meskipun, tidak semua daerah menerapkan tradisi ini, namun beberapa wilayah khususnya di Soloraya masih tetap melakukannya.

Tradisi ini dilakukan secara sukarela. Seluruh warga yang terlibat dan bersedia menyediakan jaburan, dibarengi dengan rasa ikhlas. Untuk mempermudah pemberian jaburan, takmir akan membuat jadwal bagi warga yang ingin memberikan jamuan. Hal ini agar tidak terjadi penumpukan jaburan pada waktu tertentu. Sehingga dalam 30 hari ramadan, telah ada jadwal yang terstruktur. Namun, jadwal tersebut tidak mengikat secara khusus, setiap warga berhak memberikan jaburan kapanpun dan sistemnya pun tidak memaksa.

Melalui tradisi ini, orang yang melakukan tarawih dan qiyam (ibadah setelah tarawih) dapat dimuliakan dengan diberikannya hidangan makanan. Jaburan juga sebagai motivasi anak-anak untuk giat datang ke masjid menunaikan salat tarawih. Karena umumnya, para orang tua yang menunaikan salat tarawih ke masjid mengajak anak-anak mereka. Dengan begitu, akan timbul rasa cinta terhadap masjid pada diri sang anak. Ini merupakan salah satu bentuk pengajaran orang tua kepada anak mengenai nilai-nilai agama.

Selain jaburan, pemberian jamuan makanan selama ramadan, ada juga yang dinamakan takjil. Tradisi ini berupa hidangan yang diberikan untuk orang yang berpuasa. Hidangan tersebut adalah makanan maupun minuman manis yang disantap ketika berbuka puasa, kemudian dilanjutkan dengan makanan utama atau makanan berat, misalnya nasi.

Berbeda dengan jaburan, tradisi takjil dikenal pertama kali dalam masyarakat Aceh pada bulan ramadan. Informasi sejarah ini dibuktikan adanya catatan dari Snouck Hurgronje yang tercantum dalam De Atjehers pada tahun 1891-1892. Disebutkan melalui tulisannya, Snouck Hurgronje mengungkapkan bahwa warga Aceh berbondong-bondong untuk menyiapkan hidangan takjil yang nantinya akan disantap bersama di masjid. Tak hanya Aceh, Muhammadiyah yang berdiri di Yogyakarta pada tahun 1912, dikatakan juga berperan dalam penyebaran tradisi takjil di Nusantara.

Kedua tradisi ini sudah selayaknya terus ada dan dilestarikan keberadaanya. Karena lewat tradisi tersebut, kita dapat bersedekah dan timbul sikap peduli dengan sesama. Dalam prosesnya, tradisi ini juga mampu memunculkan kebersamaan antar warga. Sehingga, akan tercipta lingkungan guyub rukun dalam bermasyarakat.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

37

Visitors today

22

Visits total

425,633

Visitors total

330,842

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta