Bagi perokok, puasa seharusnya menjadi momen berlatih untuk meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Namun kenyataannya, menahan diri untuk tidak merokok justru lebih berat daripada menahan lapar dan dahaga. Sehingga tidak sedikit para perokok yang langsung menyalakan rokoknya begitu berbuka tiba meskipun baru sedikit meneggak air ataupun makanan pembuka. Padahal merokok saat berbuka berkali lipat lebih berbahaya daripada saat tidak berpuasa.
Saat berpuasa, tubuh tidak menerima asupan apapun selama kurang lebih 14 jam. Jika merokok dalam keadaan perut kosong artinya zat-zat beracun itulah yang masuk pertama kali ke dalam tubuh. Padahal tubuh membutuhkan asupan energi baru untuk mengganti energi yang hilang. Akibatnya tubuh lebih rentan mengalami kelelahan, pusing, mual, dan muntah.
Kandungan karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat hemoglobin 300 kali lebih kuat dibandingkan oksigen. Sel-sel dalam tubuh pun akan kekurangan oksigen sehingga membuat fungsi jantung dan otot mengalami penurunan.
Ketika kandungan nikotin masuk ke dalam tubuh saat perut dalam keadaan kosong, resiko terkena kanker paru menjadi lebih besar. Nikotin akan terendap dalam tubuh hingga 8 jam. Semakin sering merokok, semakin banyak endapannya dalam tubuh dan berdampak besar resiko terserang penyakit jantungnya.
Efek rokok lainnya saat perut dalam keadaan kosong yakni menyebabkan pengentalan darah yang dapat berujung pada penyumbatan pembuluh darah, tekanan darah naik, detak jantung tidak teratur dan kolesterol melonjak.
Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk melatih diri dari kebiasaan merokok. Waktu merokok yang berkurang saat berpuasa seharusnya dapat mengurangi pula kebiasaan buruk tersebut.