
Wayang orang Mangkunegaran telah ada sejak abad 18-19. Masa ini disebut sebagai masa Renaissance Kesusastraan Jawa, dimana kerajaan-kerajaan mulai gencar menciptakan berbagai jenis sastra Jawa yang banyak digunakan untuk menghibur tamu-tamu istana, atau memotivasi rakyat untuk melawan pemerintah kolonial. Keraton Mangkunegaran pun mulai mementaskan satu bentuk seni pertunjukan tradisional Wayang, yang lakonnya dimainkan secara langsung oleh manusia. Karena itulah kesenian ini disebut sebagai “Wayang Orang Mangkunegaran”.
Wayang orang Mangkunegaran pertama kali dipentaskan pada masa pemerintahan Mangkunegaran I sekitar tahun 1760. Namun, ketika itu pementasannya masih sangat terbatas, hanya dilakukan oleh abdi dalem istana, dan dianggap sebagai acara sakral yang hanya bisa dinikmati oleh kerabat keraton, punggawa kerajaan, atau pemerintah kolonial.
Sementara, wayang orang Mangkunegaran ini memperoleh popularitas tertingginya pada periode pemerintahan Mangkunegara V. Di zaman ini wayang orang Mangkunegaran mengalami pergeseran fungsi dari pertunjukan sakral menuju pertunjukan hiburan, karena itulah wayang orang Mangkunegaran mulai bisa disaksikan oleh masyarakat umum.
Selain itu, pada masa Mangkunegaran V wayang orang Mangkunegaran juga mengalami pembaharuan dalam beberapa aspek meliputi busana yang dikenakan, pemain wayang, dan lakon-lakon yang dimainkan. Biasanya wayang orang akan menampilkan lakon-lakon seperti Ramayana atau Mahabarata, namun dalam perkembangannya wayang orang Mangkunegaran juga menciptakan lakon “Carangan” atau lakon wayang yang keluar dari pakem aslinya. Lakon Carangan juga menjadi ciri khas yang membedakan Wayang Orang Mangkunegaran dengan wayang orang lainnya.