Bahasa Kawi atau yang biasa disebut dengan Bahasa Jawa Kuno, adalah salah satu jenis bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa itu, bahasa ini biasa dipakai untuk penulisan karya-karya sastra. Meskipun demikian, bahasa ini ternyata tidak termasuk dalam Bahasa Jawa Kuno murni loh. Hal itu dikarenakan, bahasa ini sudah mendapat pengaruh dari Bahasa Sansekerta. 

Kata Kawi sendiri berasal dari kata Sansekerta, yaitu kavya yang memiliki arti “puisi/syair”, yang sama dengan kakawin. Dalam sastra klasik kata ini berarti seorang penyair, pencipta atau pengarang.  Berdasarkan penjabaran tersebut, yang dimaksud dari Bahasa Kawi adalah bahasanya seorang pengarang atau pujangga. Jadi, Bahasa Kawi adalah Bahasa Jawa Kuno yang dipergunakan oleh para Kawi (pengarang) untuk menuangkan buah pikirannya. 

Bahasa Kawi ini dapat kita jumpai dalam karya-karya tulis, seperti naskah-naskah keagamaan (lontar-lontar Tattwa, Sasana, Niti), naskah-naskah sastra (lontar Parwa, Kakawin, Kidung), peninggalan-peninggalan sejarah (Prasasti, Babad, Usana, Purana), naskah-naskah pengobatan (lontar Usada) dan naskah-naskah pengetahuan (naskah arsitektur, hukum, astronomi, kesenian dan bahasa). 

Untuk saat ini, Bahasa Kawi sendiri sering kita jumpai dan kita dengar di sebuah pertunjukan wayang. Selain itu, bahasa ini juga sering kita jumpai di beberapa tembang Jawa. Bahkan, Bahasa Kawi juga sering digunakan untuk dijadikan nama tempat atau nama sebuah gedung. 

Ada banyak sekali Bahasa Kawi yang bisa kita pelajari. Berikut contoh dari Bahasa Kawi beserta artinya “Agni= geni” yang memiliki arti api; “Aldaka” yang memiliki arti gunung; “Aditya= srengenge” yang memiliki arti cahaya; “Amerta= banyu, urip yang memiliki arti abadi; “Bayu” yang memiliki arti angin.