Pemerintah Kota Surakarta
Filosofi 8 Ragam Jamu Gendong
  November 16, 2022 12:45

Pastinya Anda sudah awam dengan jamu bukan? Jamu dikenal sebagai obat tradisional Indonesia dengan menggunakan ramuan bahan dari bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, maupun campuran dari bahan-bahan tersebut. Kata jamu sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno, yaitu “Djampi” yang berarti metode penyembuhan dengan menggunakan ramuan herbal.

Saat ini ragam bentuk jamu pun sudah bervariasi, seperti jamu dalam kemasan sachet, kapsul, tablet, maupun campuran. Namun jamu yang paling populer di kalangan masyarakat adalah jamu gendong. Disebut jamu gendong karena metode penjualan jamunya dengan cara menggendong bakul yang terisi botol-botol jamu. Jamu gendong lebih disukai masyarakat karena diracik secara langsung oleh penjualnya. Selain hasil racikan sendiri, 8 jenis jamu pun memiliki filosofi menarik yang jarang diketahui oleh masyarakat.

Filosofi urutan minum 8 ragam jamu gendong yang ideal pun selayaknya fase kehidupan manusia, yang dimulai dari rasa manis-asam, sedikit pedas-hangat, pedas, pahit, tawar hingga akhirnya manis kembali.

  1. Kunyit asam, yang memiliki rasa manis-asam sebagai simbol awal kehidupan manusia yang terasa manis, yaitu saat manusia dalam masa bayi hingga pra-remaja.
  2. Beras kencur, memiliki rasa sedikit pedas yang melambangkan fase kehidupan manusia yang perlahan-lahan mulai merasakan kehidupan yang sebenarnya. 
  3. Cabe puyang, memiliki rasa pahit dan manis sebagai lambang dari kehidupan manusia pada usia 19-21 yang mulai memasuki fase dewasa yang mulai labil dalam menjalani kehidupan.
  4. Pahitan melambangkan bahwa hidup ini tak hanya terasa manis saja, akan ada rasa pahitnya juga. Sekalipun rasanya pahit tetapi tetap harus ditelan atau dijalankan.
  5. Kunci suruh, melambangkan bahwa kehidupan akan membaik setelah adanya kepahitan hidup. Selayaknya ‘kunci’ yang merupakan bumbu penyedap makanan dan ‘suruh’ yang memiliki banyak khasiat dalam mengobati penyakit, maka kesuksesan pun akan datang setelah banyak hal yang terlewati.
  6. Kudu laos, merupakan jamu penghangat yang memberikan simbol bahwa dalam melewati fase kehidupan, kita harus mampu menjadi penghangat dan pengayom bagi orang di sekeliling kita.
  7. Uyup-uyup, merupakan jamu yang bersifat penetral dan rehabilitatif, yang bermakna pengabdian diri seutuhnya dan kepasrahan diri secara tulus kepada Tuhannya.
  8. Sinom, memiliki rasa manis yang melambangkan bahwa jika manusia di awal dilahirkan dengan fitrah, maka harus kembali kepada Tuhan dalam keadaan fitrah juga.

Berawal dengan manis maka diakhiri pula dengan manis. Begitulah siklus 8 rasa jamu gendong yang seperti kehidupan manusia, di mana manusia dilahirkan secara fitrah maka akan kembali dalam keadaan fitrah pula. 

Namun, saat ini masih banyak masyarakat yang enggan mengonsumsi jamu, karena adanya stigma rasa pahit jamu tanpa mempedulikan khasiat jamu itu tersendiri. Padahal, mengonsumsi jamu dapat membuat tubuh sehat dan secara perlahan pun dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Maka dari itu mengonsumsi jamu ini perlu kita galakkan, hingga akhirnya dapat menjadi kebiasaan setiap harinya.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

0

Visitors today

0

Visits total

425,296

Visitors total

330,646

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta