Pemerintah Kota Surakarta
Perayaan Cap Go Meh, Tradisi Tua yang Lestari
  February 2, 2023 12:15

Siang tampak menyenangkan, lantaran Kota Solo dipayungi mendung. Sejuk dan tak menguras energi, ketika sepasang anak muda memanfaatkan menjelajahi sentra-sentra akulturasi budaya di sekitar Pasar Gede dan Kampung Sudiroprajan, Solo. Namun, mereka yang juga youtuber dan doyan traveling ini, tampak lelah dan lapar usai berkeliling.

 

Mumpung berada di sentra etnis Tionghoa dan masih dalam suasana Tahun Baru Imlek, mereka tak menyia-nyiakan berburu makanan khas yang biasa tersaji di Tahun Baru Imlek, yaitu Lontong Cap Go Meh di sebuah warung. Makanan khas ini hanya muncul menyertai Perayaan Cap Go Meh.

 

Perayaan Cap Go Meh digelar pada hari kelima belas (tanggal 15)  bulan pertama pada penanggalan Tionghoa. Bis disebut, Cap Go Meh merupakan akhir dari rangkaian Perayaan Tahun Baru Imlek. Tak beda jauh dengan Imlek, warga etnis Tionghoa selalu mengisinya dengan peribadatan di rumah-rumah ibadah, baik kelenteng atau vihara. Sejumlah tempat sembahyang seperti Kelenteng

Tien Kok Sie di kawasan Pasar Gede Harjonagoro dan Kelenteng Poo An Kiong di Jalan Yos Sudarso,  menjadi tempat yang tak pernah sepi dari umat yang ingin berdoa.

 

Bila ditelusuri lebih jauh, terdapat sumber yang mengatakan, sejarah istilah Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien ‘Chap Goh Meh’ yang berarti malam kelima belas. Bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia, Perayaan Cap Go Meh lazim digelar.

 

Perayaan Cap Go Meh telah dilakukan sejak abad ke-7 Masehi pada masa Dinasti Han di Tiongkok, terutama saat migrasi masyarakat Tionghoa ke wilayah bagian selatan Tiongkok. Perayaan diadakan bersama raja dan masyarakatnya pada malam tanggal ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.

 

Sama seperti perayaan di berbagai tempat, masyarakat etnis Tionghoa di Solo juga bersemangat dalam merayakan Cap Go Meh. Lampion warna-warni menghiasi berbagai sudut sentra pemukiman dan bisnis yang banyak dihuni etnis Tionghoa di Solo. Sebetulnya, di tanah Tiongkok sendiri, kala itu lampu lampion dipasang oleh petani guna mengusir hama dan menakuti binatang yang kerap merusak tanaman ladang. Seiring dengan tradisi turun temurun itu, pemasangan lampu lampion yang tampak indah itu, justru menjadi daya tarik untuk dikembangkan menjadi tradisi di kota-kota besar.

 

Sembari merekam video penyajian sepiring Lontong Cap Go Meh, kedua anak muda itu lantas menyantapnya dengan lahapnya. Makanan ini berisi lontong, sayur sambal goreng, opor ayam suwir, telur rebus dan taburan bubuk kedelai. Kuah opor dan sambel goreng labu siam merupakan perpaduan yang pas, karena ada sensasi gurih, manis serta pedas.

 

Lontong Cap Go Meh, bagi yang mempercayainya, mengandung berbagai makna keberuntungan. Seperti lontong yang panjang dan padat adalah simbol panjang umur. Sementara kuah yang berwarna kuning kemasan bisa dikaitkan dengan warna emas, sebagai simbol kemakmuran.

 

Tak lama berselang, usai kunjungan kedua youtuber muda itu di kawasan Pasar Gede, videonya pun mengundang animo yang besar dari warga di berbagai kota Indonesia. Mereka sangat ingin berkunjung di Kota Solo, yang dikenal toleran serta hidup rukun berbagai etnis dan agama. Namun selain itu, kekayaan tradisi dan kulinernya juga sangat menarik untuk dikunjungi. Solo selalu menunggumu.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

27

Visitors today

16

Visits total

425,530

Visitors total

330,780

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta