Tak jauh dari Museum Keraton Surakarta Hadiningrat, sejumlah pedagang mainan dan souvenir tradisional tampak menunggu pembeli. Hari memang masih pagi, namun satu per satu pengunjung keraton mulai berdatangan. Para pedagang itu berharap ada pembeli yang mau mampir ke lapaknya.   

Beberapa boneka unik berkarakter satwa yang dibuat dari bahan akar wangi, tampak dipajang di lapak sederhana. Tidak hanya mainan dari akar wangi, namun beberapa mainan atau kerajinan berbahan dasar bambu juga ikut dipajang, seperti seruling, ethek-ethek dan gangsingan. Replika mobil dan sepeda motor yang dibuat dari kayu ikut menemani lapak tersebut.

Slamet (60), pedagang boneka berbahan akar wangi yang ditemui mengaku, dirinya sudah berdagang cukup lama di kawasan Baluwarti, khususnya di sekitar Museum Keraton Surakarta Hadiningrat. Mainan boneka dari akar wangi itu dibuatnya dari keterampilan tangannya sendiri. 

Bersama sekitar dua belas temannya yang lain, Slamet berdagang di beberapa lokasi. Sebagian teman-temannya berdagang di sekitar kawasan Masjid Agung, sekitar Alun-alun Utara dan Pasar Gede, Solo. Mereka rata-rata berasal dari daerah Semin, Kabupaten Gunung Kidul. 

Lantaran hasil yang diterima tidak begitu besar, Slamet mengaku cukup bila harus membayar kontrakan atau indekos. Bila musim liburan, Slamet dan teman-temannya bisa berada di Solo bisa tidur di beberapa tempat, salah satunya di sekitar Masjid Agung. Dirinya bisa di Solo selama 3 hingga 7 hari, bergantung kondisi liburan. 

Yang membuat dirinya dan teman-temannya sedih, bila hujan sudah mulai turun sejak pagi hingga sore, diia bertahan di Masjid Agung dan tidak bisa jualan. Dalam keseharian, bila cuaca terang, Slamet bisa berjualan mulai pukul 06.00 pagi hingga menjelang magrib. Namun ketika di tengah berjualan, cuaca sudah mendung, dirinya buru-buru mencari lokasi berteduh melindungi mainan yang dibawanya.

Slamet yang memiliki seorang cucu, mengaku senang bila pulang ke desanya membawa uang yang cukup. Sebab salah satu kebahagiaan yang dia rasakan, bisa membawakan oleh-oleh untuk cucunya. Selain itu, uang yang dia peroleh bisa untuk membelikan beberapa kebutuhan untuk cucunya.

Kondisi liburan yang sering menjadi panen penjualan, biasanya liburan anak sekolah dan liburan hari-hari besar, seperti Lebaran dan Natal-Tahun baru. 

Namun bila kondisi tak begitu ramai, bisa langsung pulang ke desanya di Semin, Gunung Kidul dengan menaiki bus.                                       

Seiring dengan pengaruh gadget, semakin jarang anak-anak bermain menggunakan permainan tradisional. 

Keberadaan pedagang mainan tradisional di kawasan Museum Keraton Surakarta Hadiningrat menjadi pilihan orang tua untuk mengenalkan mainan tradisional. 

Kerajinan mainan tradisional berbahan dasar akar wangi ini memang cukup unik. Aroma wanginya yang natural dari akar tanaman yang biasa disebut Narwastu. Tanaman ini masuk dalam keluarga serai, rumput atau padi. Akarnya bila dikeringkan akan menghasilkan aroma wangi.

Tanaman Narwastu ini bisa tumbuh sepanjang tahun dan mudah hidup. Sehingga para perajin mainan akar wangi tak begitu khawatir akan ketersediaan bahan. 

Bila ditempatkan di ruang tamu, kamar atau almari, aroma wangi pada akar tersebut bisa awet atau tahan lama. Wangi yang dihasilkan itu berasal dari minyak atsiri yang terdapat pada bagian akarnya. 

Pedagang mainan produksi warga Gunung Kidul, Yogyakarta tersebut bisa membentuk berbagai bentuk hewan, seperti gajah, jerapah, kura-kura, buaya, dinosaurus dan sebagainya. Selain berbentuk hewan yang bisa digunakan mainan anak-anak seperti layaknya boneka, produk tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pengharum ruangan. Harga untuk mainan yang dijualnya bervariasi antara Rp 10.000 hingga Rp 35.000, tergantung ukuran dan bahan yang digunakannya