Pemerintah Kota Surakarta
#Solo Kota Toleransi. Keren Lur…Berhias Penjor dan Kain Poleng, Sambut Nyepi Plaza Balaikota Suasananya Mirip Bali
  March 15, 2023 12:15

Solo terus memantapkan diri sebagai identitas kota toleransi. Mengupayakan kerukunan dengan memahami perbedaan dan keberagaman, menjadi salah satu pilar penting pembangunan di Kota Solo. 

 

Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta tak lelah dalam merajut kerukunan dengan memberikan ruang dan kesempatan yang sepadan semua agama dan keyakinan. 

 

Salah satu yang dilakukan dengan menyediakan media bagi umat Hindu untuk memasang penjor dan segala ornamen dan lambing-lambang Hindu guna menyambut Hari Raya Nyepi/Tahun Baru Saka 1945, yang jatuh tanggal 22 Maret 2023. 

 

Penjor sudah terlihat, memasuki kawasan Gladak ke arah Jalan Jenderal Sudirman. Suasana Bali hadir di Solo lantaran begitu banyaknya ornamen Bali dipasang di Jalan Sudirman Solo. 

 

Di depan Balaikota, sekitar Tugu Pamendengan (Tugu titik nol) hingga di dekat jembatan Pasar Gede (di atas Kali Pepe), tak luput dari hiasan penjor. Tugu Pamendengan merupakan situs benda cagar budaya (BCB) yang memiliki empat lentera dan mengarah ke berbagai arah.  

 

Penjor bagi umat Hindu, tak sekedar memberikan keindahan dan kemeriahan pada saat perayaan atau upacara keagamaan Hindu, namun Penjor juga memiliki makna sakral. Makna yang terkandung, penjor sebagai simbol rasa syukur dan persembahan pada Bhatara. Kerja bakti mendirikan penjor dan berbagai ornamen Hindu langsung dikerjakan secara bergotong royong oleh umat Hindu yang tergabung dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Surakarta. 

 

Di Plaza Balaikota juga terpasang panggung kecil bernuansa Hindu. Dengan latar belakang Trimurti, Dewi Saraswati dan Candi Prambanan, panggung itu menjadi spot warga untuk berswafoto. Terpasang juga tulisan I Love Solo dan Rajamala, maskot Kota Solo pada panggung tersebut. 

 

Antusias warga yang berfoto mencerminkan warga Solo sangat menyukai keberagaman. Sama seperti nuansa Imlek yang pernah terpasang di Plaza Balaikota belum lama ini, nuansa Hindu juga menjadi kerinduan warga Solo akan kehidupan yang rukun dan damai. 

 

Pemkot Surakarta mengayomi serta memberikan kesempatan dan ruang yang sama bagi semua agama untuk merayakan hari keagamaan dan beribadah. Toleransi menjadi salah satu kebutuhan penting agar Kota Surakarta tetap rukun dan damai. 

 

Sedikitnya ada 4 pohon besar yang berada di lingkungan Plaza Balaikota juga ditutup kain poleng (kotak-kotak). Sementara pohon-pohon kecil di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman juga tak luput dari ornamen kain poleng. Kain poleng yang menutup batang pohon tersebut memang terkesan kuat suasana Bali. 

 

Banyak anak muda yang mengambil momentum tersebut untuk berswafoto dan mengabadikan dengan kamera video baik siang dan malam hari. Mereka berlomba menyebarkan semangat toleransi Kota Solo ke akun media sosial mereka, melalui konten-konten video dan foto. 

 

Rangkaian Perayaan Nyepi

 

Sebagai rangkaian Perayaan Nyepi, umat Hindu juga menggelar Melasti, Tawur Agung Kesanga dan Pengrupukan. Nyepi berasal dari kata sepi, yang berarti sunyi, senyap. 

 

Di samping itu, umat Hindu biasanya melakukan upacara Melasti menjelang Nyepi. Melasti memiliki makna membersihkan Bhuana Alit atau dalam diri manusia dan Bhuana Agung atau alam semesta. 

 

Sementara Tawur Agung Kesanga dilaksanakan sehari sebelum Nyepi. Upacara ini memiliki makna membersihkan Jagad Bhuana Alit dan Bhuana Agung berdasarkan pada konsep Tri Hita Karana atau menyelaraskan hubungan tiga elemen penting yakni manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. 

 

Masih dalam rangkaian Nyepi, sebelum perayaan Nyepi akan ada upacara Pengerupukan. Dan juga akan ada Ogoh-ogoh yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala, sebagai representasi kekuatan buruk dan harus dihancurkan, agar membawa kembali unsur yang baik di lingkungan. 

 

Pada hari Raya Nyepi umat Hindu melaksanakan Catur Brata. Penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Proses Nyepi dimulai pukul 6 pagi hingga 24 jam kemudian.  

 

Umat Hindu di Solo sangat bersyukur, Pemkot Surakarta memberikan ruang mengenalkan tradisi dan upacara keagamaan, khususnya pada perayaan Nyepi tahun 2023 ini. 

 

Pemkot Surakarta menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan dengan memberi kesempatan yang sama untuk semua pemeluknya merayakan setiap upacara keagamaan. Bahkan menyediakan kawasan Balai Kota untuk menyalurkan ekspresi tradisi dan budaya masing-masing agama. Kebhinekaan menjadi hidup dan berkembang di Kota Solo, karena dihuni oleh berbagai suku, etnis dan agama yang saling menghargai dan hidup rukun. 

 

Keren ya lur… Solo adalah rumah bagi semua agama dan keyakinan. Nggak usah pakai ragu, yuk kunjungi Solo yang dikenal sebagai kota damai dan rukun.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

2

Visitors today

2

Visits total

425,358

Visitors total

330,686

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta