Pemerintah Kota Surakarta
Mengenal Ki Ageng Henis sebagai Tokoh Hebat Dibalik Kejayaan Kampung Laweyan
  April 20, 2023 10:30

Mendengar nama Kyai Ageng Henis, langsung berkelana pada kisah sejarah Kampung Batik Laweyan. Kyai Ageng Henis memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh-pengaruhnya melahirkan Laweyan sebagai sentra batik sekaligus syiar Islam yang sangat terkemuka pada masa lalu. Sudah banyak  tulisan yang mengangkat tokoh penting tersebut, baik dalam studi maupun pemberitaan artikel di media massa.

 

Meski demikian, mengangkat kisahnya seolah tak pernah bosan dan tak pernah habis untuk ditelisik, karena cukup banyak perspektif tentangnya yang belum tersentuh atau belum banyak diangkat dalam literasi-literasi sejarah yang populer saat ini.

 

Leluhur Raja Mataram Islam

 

Sebagaimana banyak dikenal, bila Kyai Ageng Henis atau Ki Ageng Henis adalah putera dari Ki Ageng Sela, trah langsung dari silsilah Raja Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

 

Ki Ageng Henis adalah ayah dari Ki Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Karatongan. Ki Ageng Pamanahan kemudian memiliki putera Danang Sutawijaya yang menjadi Raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan Senopati.

 

Ketokohannya semakin membuat banyak orang hormat padanya. Dia juga ikut berperan dalam laku hidup dan kebijaksanaan sebagai guru spiritual Joko Tingkir atau Mas Karebet, yang kemudian berhasil naik tahta sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Saat Sultan Hadiwijaya memimpin Kasultanan Pajang, Ki Ageng Henis mengabdi kepada Sultan Hadiwijaya. Sikapnya yang selalu bijaksana membuat Ki Ageng Henis menjadi sesepuh dan kepercayaan Sultan Hadiwijaya. Dia semakin dihormati dan disegani.

 

Tokoh Pendakwah Islam

 

Ki Ageng Henis yang menjadi kakek dari Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram Islam pertama, dengan demikian beliau merupakan leluhur dari raja-raja Mataram baik di Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Mangkunegaran serta Pakualaman.

 

Sebagai pemeluk Islam yang taat, Ki Ageng Henis dikenal luas sebagai ulama yang sering melakukan syiar Islam ke banyak orang, termasuk kepada masyarakat di Desa Laweyan pada saat itu. Karena pendekatan ke warga tetap memperhatikan budaya lokal, maka banyak pemeluk Hindu di Laweyan yang hijrah memeluk Islam. Termasuk salah seorang tokoh Hindu bernama Ki Ageng Beluk yang kemudian mau memeluk Islam karena tertarik dengan teladan hidup, sikap dan kebijaksanaan Ki Ageng Henis dalam menyampaikan dakwah secara damai dan sejuk.

 

Semasa hidup dan pengabdiannya di Desa Laweyan, Ki Ageng Henis juga menginspirasi banyak dibukanya pondok-pondok pesantren dengan jumlah santri yang terus berkembang. Di Desa Laweyan, Ki Ageng Henis juga membangun Masjid Laweyan tahun 1546, yang hingga kini masih difungsikan sebagai tempat beribadah umat Islam di Kampung Laweyan. Masjid Laweyan yang sebelumnya sebagai Pura untuk beribadat umat Hindu, merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang sekitar abad 16 yaitu di masa kepemimpinan Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya.

 

 

Inspirator dan Seniman Batik

 

Keteladanan Ki Ageng Henis juga terlihat pada jiwa seni yang dimilikinya. Beliau menjadi pelopor batik tulis di Desa Laweyan. Sembari berdakwah, Ki Ageng Henis juga mengajarkan membatik pada warga desa.

 

Mencerminkan sikap kesabaran, bijaksana dan berwibawa, Ki Ageng Henis mampu menciptakan motif Batik Sido Luhur. Hasil ciptaannya ini memiliki makna yang kuat dan dalam. Sido dalam bahasa Jawa artinya jadi atau menjadi. Sementara bila dieja dalam Bahasa Indonesia berubah  menjadi sida. Motif batik yang berawalan sido bermakna harapan dan tercapainya sebuah cita-cita atau keinginan.

.

Kata Luhur merupakan kata sifat yang artinya tinggi, terhormat dan agung. Diharapkan, setiap pemakai motif batik tersebut memiliki sifat luhur yang mencerminkan kebesaran jiwa, menjadi teladan atau panutan. Karena memiliki filosofi dan doa, pemakai motif Batik Sido Luhur diharapkan bisa memperoleh kehormatan serta keagungan yang menyertai setiap perjalanan hidupnya.

 

Batik Sido Luhur, dalam masyarakat Jawa kerap dipergunakan untuk pasangan yang melangsungkan pernikahan, khususnya untuk malam pengantin juga tradisi mitoni (tujuh bulan kehamilan).

 

Jasa Ki Ageng Henis dalam memajukan industri dan perdagangn batik di Desa Laweyan memang sangat besar. Kontribusi dan totalitasnya membantu perekonomian warga Laweyan sangat dirasakan. Bahkan Bandar Kabanaran yang merupakan dermaga di Sungai Kabanaran (Sungai Jenes), menjadi salah satu dermaga yang cukup sibuk dengan berbagai komoditas seperti kain, benang dan kapas guna menunjang industri batik. 

 

Kalau kalian ingin lebih dalam mengenal Ki Ageng Henis, cobalah untuk mampir ke makam Ki Ageng Henis yang berada dalam satu kompleks Masjid Laweyan di Jalan Liris No 1, Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo. Selain bisa berziarah dan menggali cerita, kalian juga bisa berwisata religi di Masjid Laweyan yang memiliki nilai histori luar biasa itu.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

3

Visitors today

2

Visits total

425,860

Visitors total

330,982

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta