Pemerintah Kota Surakarta
Tradisi Kirab Obor Bambu di Malam Takbiran. Kerinduan yang Bikin Kangen untuk Mudik ke Kampung Halaman
  April 21, 2023 10:15

Setiap malam takbiran, tradisi keliling atau kirab obor bambu menjadi pemandangan yang sering terjadi pada masa lalu.  Begitu juga di Kota Solo. Salah satu tradisi malam takbiran yang menjadi kerinduan bila keluarga dari jauh untuk mudik ke kampung halaman di Solo. Mungkin tradisi kirab obor sudah hilang dari kota-kota besar.

 

Tradisi kirab obor pada malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H, masih bisa ditemui di beberapa kampung di Kota Solo. Salah satunya di Kampung Banyuagung atau di Kampung Combong Kelurahan Kadipiro, Banjarsari. Setiap malam takbiran anak-anak kampung yang dihimpun oleh salah satu masjid setempat, mengajak anak-anak berpawai sembari membawa obor.

 

Obor biasanya terbuat dari bambu yang dipotong ukuran sekitar 70-80 cm. Bambu yang digunakan sebaiknya yang tidak retak atau berlubang, pilih bambu yang baik. Pilih bambu yang ruas atas untuk diisi minyak tanah dan ditutup dengan kain tidak terpakai atau sumbu kompor. Agar minyaknya tidak meluber, biasanya bagian atas diberi pembatas dari tanah liat agar tidak membakar ujung bambu. Setelah sempurna, obor siap dinyalakan bersama remaja masjid sembari mengumandangkan takbir.

 

Mengutip pernyataan dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), dalam website resmi Kementerian Agama kemenag.go.id, kalimat takbir adalah bentuk pengagungan akan kebesaran Allah. Pada saat yang sama, ini adalah ungkapan kesadaran bahwa kebesaran itu hanya milik Allah. Ungkapan ini membawa pada kesadaran akan fitrah kita sebagai manusia. Sehebat apa pun kita, setinggi apapun derajat kita, sekuat apapun kekuasaan kita, sebanyak apapun harta kekayaan kita, fitrah kita sebagai manusia adalah hamba Allah. Kita adalah makhluk dan karenanya tidak sepantasnya menyandang beragam bentuk kesombongan yang itu adalah pakaian Allah.

 

Berjalan sembari mengumandangkan takbir dari bocah-bocah, menjadi bagian dari kelegaan setelah berpuasa selama sebulan lamanya. Solo memang kota yang penuh kerinduan. Kota yang yang mempertahankan tradisi-tradisi. Tidak hanya kota yang penuh dengan peninggalan bersejarah berupa masjid-masjid tua, namun tradisi keagamaan juga masih terjaga.

 

Dalam menyambut Idul Fitri 1444 H, pawai keliling dengan menabuh beduk juga masih terlihat dilakukan oleh remaja masjid. Biasanya di jalan-jalan, mereka berkeliling menggunakan mobil terbuka bertakbir diiringi suara beduk. Takbir menjadi bagian penyadaran manusia, bahwa hanya Allah Yang Maha Besar. Sehingga tidak ada lagi kesombongan dan kembali pada fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia sebagai hamba Allah.

 

Takbiran menandai akhir dari puasa. Selama Ramadan, begitu banyak mengajarkan tentang kesabaran, merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Sebagaimana Gus Yaqut sampaikan, Ramadan telah mengajarkan kepada kita akan kekuasaan Allah. Pelajaran yang sudah seharusnya menumbuhkan sikap tawadhu. Yaitu, senantiasa merendahkahkan diri kepada Allah dan tidak berbuat semena-mena atau memandang remeh terhadap sesama. Orang rendah hati, tulus dalam menjalin persaudaraan dan mencintai, menjunjung tinggi kebenaran, serta bersedia membantu orang lain.

 

Pada malam takbiran, hampir semua masjid-masjid di Solo menggelar malam takbiran. Di Kampung Jayengan juga masih mempertahankan tradisi tersebut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Masjid Darussalam yang berada di Kampung Jayengan, kerap mengajak anak-anak dan warga setempat berpawai keliling kampung sembari membawa obor.

 

Masjid Darrusalam dikenal sebagai masjid yang menyediakan bubur samin sebagai takjil untuk berbuka puasa. Masjid yang dibangun oleh para saudagar kaya pedagang permata ini, menjadi langganan setiap tahun menyajikan bubur samin khas Banjar. Bubur yang gurih itu dibagikan gratis ke para jemaah. Pengurus masjid menyediakan hingga ribuan porsi bebur samin tersebut. Banyak perantau dari Banjar di Kampung Jayengan. Mereka sebagian besar berprofesi sebagai perajin dan pedagang permata, berlian, intan dan emas.

 

Kalian punya saudara yang merencanakan mudik ke Solo? Yuk, ajak mereka melihat tradisi takbiran kirab obor bambu. Sempatkan untuk unggah pengalaman indahmu bersama keluarga dengan latar belakang kirab obor di media sosialmu.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

3

Visitors today

2

Visits total

425,860

Visitors total

330,982

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta