Pemerintah Kota Surakarta
Solo Kota di Sangkrah, Stasiun Kecil yang Menyimpan Sejarah Penting Perkeretaapian di Solo. Dulu untuk Stasiun Pemberangkatan Kereta Trem Kuda
  May 23, 2023 11:15

Kehadiran beberapa stasiun tua di Kota Solo menandakan, bahwa Solo pada zaman dulu menjadi kota yang cukup sibuk dengan aktivitas perekonomian. Memang itulah salah satu alasan, mengapa pemerintah kolonial Belanda ingin membangun jalur kereta api. Selain karena alasan memajukan perekonomian, juga untuk mempermudah pergerakan tentara Belanda, baik untuk mengawal hasil perdagangan maupun untuk mendukung strategi perang

 

Dengan banyak dibangunya jalur kertea api, terutama di Jawa Tengah, hasil-hasil perkebunan seperti teh, kopi dan tebu lebih mudah diangkut. Maka jalur kereta api, Semarang-Ambarawa-Surakarta menjadi jalur yang cukup penting bagi Belanda. Jalur kereta api bisa dimanfaatkan untuk mengangkut berbagai hasil bumi hingga masuk ke pedalaman dan perkebunan yang dikelola Belanda.

 

Salah satu stasiun yang dibangun perusahaan kereta api swasta di zaman Pemerintah Hindia Belanda adalah Stasiun Solo Kota yang berada di Sangkrah, Pasar Kliwon. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api kelas III. Bagi warga Solo, stasiun kecil ini biasa disebut Staiun Sangkrah. Nggak sulit menemukan lokasi Stasiun Solo Kota yang berada di Jalan Sungai Sambas dan berdekatan dengan Pasar Sangkrah.

 

Begitu menemukannya, bangunan stasiun ini memang tak semegah Stasiun Solo Jebres. Meskipun terlihat kecil, namun bangunan yang didirikan tahun 1922 oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) ini begitu elok dan terawat. Bangunan dengan arsitektur khas klasik ini memiliki teras masuk dengan gerbang tembok yang sangat tebal. Stasiun ini memang jalur yang cukup sepi, karena hanya melayani railbus Batara Kresna relasi Purwosari-Wonogiri PP.

 

Sebenarnya, pada awal dibangunnya Stasiun Solo Kota, tidak hanya membuka relasi Solo-Wonogiri, namun Pemerintah Hindia Belanda juga membuka jalur Solo-Boyolali. Semua kereta yang menuju ke Wonogiri dan Boyolali, baik angkutan penumpang maupun barang, diberangkatkan dari Stasiun Solo Kota di Sangkrah.

 

Sebelum dikelola perusahaan NISM dengan kereta uapnya, dahulu ada sebuah perusahaan Solosche Tramweg Maatschappij (STM) yang sudah memanfaatkan jalur kereta di Stasiun Solo Kota sebagai jalur untuk trem kuda. Trem (Tram) kuda adalah sarana transportasi yang dulu pernah populer di Solo era Hindia Belanda. Bentuknya seperti gerbong kereta, namun ditarik oleh kuda dan dikendalikan seorang kusir. Seiring perkembangan zaman, Belanda menggantikannya dengan kereta uap.

 

Bila berkunjung ke tempat tersebut, memang tidak begitu terlihat ramai penumpang. Namun bila berkunjung untuk bersantai di sore hari, bagian peronnya memiliki spot yang sangat bagus untuk mengambil gambar atau video yang bisa diunggah di sosial media kalian. View-nya bila sore hari sangat keren dengan suasana stasiun kuno dan lampu-lampu yang menambah kesan eksotis.

 

Apalagi bila stasiun ini sedang melayani rute kereta api uap wisata Jaladara, wah..kesan eksotis mengenang masa lalu makin tambah keren. Sepur kluthuk Jaladara merupakan kereta wisata yang ikonik dan menjadi daya tarik wisata di Kota Solo. Sepur Jaladara yang memiliki relasi Stasiun Purwosari-Stasiun Solo Kota ini bisa dinikmati wisatawan karena bisa melewati rute di dalam kota melewati jalan protokol Jalan Slamet Riyadi. Sepur kluthuk Jaladara yang dijalankan dengan lokomotif uap C1218 ini memiliki dua gerbong antik yaitu gerbong CR16 dengan 40 kursi dan gerbong CR44 dengan 36 kursi.

 

Stasiun lain yang berada di Kota Solo memang cukup sibuk, karena menjadi lintasan kereta api di beberapa tujuan di Pulau Jawa seperti tujuan Surabaya, Semarang dan Jakarta. Berbeda dengan Stasiun Solo Kota, stasiun ini hanya dimanfaatkan untuk jalur kereta api ke Wonogiri. Namun justru tak terlalu ramai itulah, stasiun ini pantas menjadi destinasi wisata bangunan bersejarah. Memang tidak sepopuler Stasiun Balapan atau Purwosari, namun keberadaan Stasiun Solo Kota di Sangkrah yang sepi ini tetap menarik sebagai destinasi wisata.

 

Dibanding dengan Stasiun Jebres, Stasiun Balapan dan Stasiun Purwosari yang juga dibangun di masa pemerintahan Hindia Belanda, keberadaan Stasiun Solo Kota termasuk yang paling akhir dibangun. Beberapa stasiun tua di Solo seperti Stasiun Purwosari mulai digunakan tahun 1871, Stasiun Balapan dibuka tahun 1870 dan Stasiun Solo Jebres digunakan tahun 1884.

 

Ventilasi bulat yang ada di bagian depan bangunan, membuat bangunan ini sangat unik. Bentuk asli ini terus dipertahankan dan sudah menjadi Bangunan Cagar Budaya untuk dilindungi dan dilestarikan. Bangunan stasiun ini memanjang, dengan beberapa jendela kaca dan ventilasi bulat di atasnya. Secara keseluruhan, bentuk bangunan tersebut menggambarkan stasiun kecil yang unik. Kalau ingin lebih jauh mengenal Stasiun Solo Kota, kunjungi langsung ke lokasi. Telusuri semua bentuk dan kisah-kisah menarik yang tersimpan dari bangunan tersebut.

Agnia Primasasti
[yarpp]
Pemerintah Kota Surakarta

DISKOMINFO SP

Kompleks Balai Kota Surakarta

Jl. Jend. Sudirman No.2, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Kode Pos 57133
(0271) 2931667

Site Statistics

Visits today

2

Visitors today

2

Visits total

425,223

Visitors total

330,605

©️ 2022 Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian Kota Surakarta