Dalam perayaan Hari Raya Idulfitri, terdapat beragam tradisi yang biasanya dilakukan oleh umat muslim. Salah satu tradisi yang tidak bisa dilewatkan adalah saling memaafkan satu sama lain, baik antara keluarga, kerabat, hingga teman.
Jika di Jawa, tradisi tersebut dikenal dengan nama Sungkeman. Tradisi ini sudah ada sejak lama dan mulai diperkenalkan pada tahun 1930-an pada masa pemerintahan Mangkunegara I di Surakarta. Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa memperkenalkan sungkeman pada saat Idulfitri.
Apa yang dilakukan oleh Mangkunegara I kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam. Hingga saat ini, tradisi sungkeman melekat kuat pada masyarakat Indonesia. Tujuan sungkeman adalah sebagai bentuk penghormatan ataupun bentuk permintaan maaf.
Tradisi sungkeman biasanya dilakukan oleh anak kepada orang tua atau keluarga yang lebih sepuh. Sungkeman dilakukan dengan cara mencium tangan orang tua sambil bersimpuh. Prosesi sungkeman adalah bagian dari akulturasi budaya Jawa dan Muslim. Sungkeman diambil dari kata sungkem dalam bahasa Jawa yang berarti bersimpuh sambil mencium tangan.
Momen sungkeman bisa dimanfaatkan orang-orang untuk saling memaafkan satu sama lain, sehingga dapat membantu menggugurkan dosa-dosa dan kembali Fitri atau suci di Hari Raya.